REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengumumkan, 2-3 Agustus akan menjadi hari libur nasional. Panas ekstrem menjadi alasan pemerintah menetapkan libur di kedua tanggal tersebut.
Juru bicara pemerintah Ali Bahadori-Jahromi dikutip oleh media pemerintah mengatakan, Rabu dan Kamis akan menjadi hari libur nasional. Menurut laporan media Iran, penetapan libur ini setelah mempertimbangkan kondisi panas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pemerintah Teheran mengatakan kepada orang tua dan orang-orang dengan kondisi kesehatan untuk tetap tinggal di dalam rumah. Banyak kota di Iran selatan telah mengalami hari-hari panas yang luar biasa. Media pemerintah melaporkan, suhu minggu ini melebihi 51 derajat celcius di selatan Kota Ahvaz.
Kementerian Kesehatan Iran mengatakan, rumah sakit akan bersiaga tinggi. Suhu diperkirakan mencapai 39 derajat Celcius di Teheran pada Rabu.
Gelombang panas telah memengaruhi sebagian besar dunia dalam beberapa pekan terakhir. Para ilmuwan telah mengaitkannya dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Bahkan, analisis oleh Leipzig University Jerman menemukan bahwa Juli 2023 akan meraih rekor sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah. Menurut data Uni Eropa, suhu rata-rata global bulan ini diproyeksikan setidaknya 0,2 derajat Celcius lebih hangat dari Juli 2019, yang sebelumnya terpanas dalam catatan pengamatan 174 tahun.
Juli 2023 diperkirakan sekitar 1,5 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri. Suhu rata-rata global untuk Juli biasanya sekitar 16 derajat Celcius, termasuk musim dingin di belahan bumi selatan. Tapi Juli ini telah melonjak menjadi sekitar 17 derajat celcius.
Bahkan salah satu tempat terdingin di Bumi, Antartika juga merasakan panas ekstrem. Es laut saat ini mencapai rekor terendah pada musim dingin di belahan bumi selatan, yang seharusnya menjadi saat es akan segera mencapai tingkat maksimumnya.