REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kepolisian Resor Kota (Polresta) Banyumas tetap melanjutkan penyidikan kasus tambang emas ilegal di Desa Pancurendang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meskipun upaya evakuasi terhadap delapan penambang yang terjebak telah dihentikan tanpa membuahkan hasil.
"Perlu saya sampaikan untuk proses penyidikan saat ini masih terus berjalan. Kami masih terus melakukan langkah-langkah penyidikan, sehingga proses penyidikan bisa segera selesai dan kita limpahkan ke Kejaksaan," kata Kapolresta Banyumas Komisaris Besar Polisi Edy Suranta Sitepu di Grumbul Tajur, Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas.
Kapolresta mengatakan hal itu saat memberi keterangan pers usai apel penutupan operasi SAR dalam upaya evakuasi terhadap delapan penambang yang terjebak di dalam sumur tambang, Grumbul Tajur, sejak Selasa (25/7) malam.
Terkait dengan proses penambangan di lokasi tersebut, dia mengatakan hal itu sangat jauh dari kaidah-kaidah keselamatan dan sangat berbahaya. "Saya selaku kapolresta mengimbau kepada masyarakat untuk tidak lagi melakukan penambangan di lokasi ini," katanya.
Ke depan, pihaknya akan melakukan penjagaan dan penutupan lokasi tambang ini. Dalam hal ini, kepolisian akan meminta agar rumah atau bedeng-bedeng di lokasi tambang untuk dirobohkan sehingga tidak ada lagi masyarakat yang melakukan penambangan di tempat tersebut.
"Karena kita tidak mau lagi ada korban seperti ini. Cukup yang ini saja," katanya menegaskan. Ia pun mengharapkan masyarakat di sekitar lokasi tersebut untuk pro-aktif memberikan informasi sekecil apa pun apabila ada kegiatan-kegiatan penambangan.
Kendati demikian, kapolresta mengakui jika dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan melakukan penelitian terkait dengan kelayakan penambangan di tempat tersebut.
Saat ditanya mengenai jumlah tersangka dalam kasus tambang emas ilegal tersebut, dikatakan hingga saat ini masih berjumlah empat orang. "Yang masuk DPO (daftar pencarian orang) masih kami cari," katanya menjelaskan.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Banyumas, Komisaris Polisi Agus Supriadi Siswanto, mengatakan pihaknya telah membentuk tim khusus untuk mengejar salah seorang tersangka berinisial DR yang diketahui kabur keluar wilayah Banyumas.
Menurut dia, hingga saat ini jumlah saksi yang diperiksa masih sebanyak 23 orang. Oleh karena kasus penambangan ilegal tersebut menimbulkan korban jiwa, pihaknya juga akan menjerat para tersangka dengan pasal 359 KUHP selain pasal 158 subsider pasal 161 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2OO9 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang telah diterapkan sebelumnya.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan menjerat para tersangka dengan Undang-Undang Lingkungan Hidup. "Kami juga akan lapiskan dengan TPPU (tindak pidana pencucian uang)," kata dia menegaskan.
Sebelumnya, Polresta Banyumas telah menetapkan empat orang tersangka dalam kasus tambang emas ilegal di Desa Pancurendang, yakni SN (76) selaku pemilik lahan, KS (43) dan WI (43) selaku pengelola Sumur I serta DR (40) selaku pengelola Sumur II.
Akan tetapi hingga saat ini, tersangka DR masih dalam pengejaran karena yang bersangkutan diketahui melarikan diri. Kasus tambang emas ilegal tersebut terungkap setelah delapan penambang dilaporkan terjebak di dalam sumur tambang sejak Selasa (25/7), pukul 23.00 WIB, karena air yang menggenangi lubang sumur.
Delapan penambang yang terjebak itu terdiri atas Cecep Suriyana (29), Muhammad Rama Abd Rohman (38), Ajat (29), Mad Kholis (32), Marmumin (32), Muhidin (44), Jumadi (33), serta Mulyadi (40) dan seluruhnya berasal dari Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Namun, setelah dilakukan upaya evakuasi yang dilakukan oleh tim SAR gabungan sejak Rabu (26/7), air yang menggenangi sumur tambang tidak kunjung surut.
Hingga akhirnya, operasi SAR yang dikoordinasi Kantor SAR Cilacap dinyatakan ditutup pada Selasa (1/8) siang meskipun delapan penambang yang terjebak di dalam sumur tersebut tidak dapat dievakuasi.