REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bulan tampak lebih besar dan lebih terang dari biasanya bagi banyak orang di seluruh dunia saat ini asalkan langit cukup cerah untuk melihatnya. Peristiwa Supermoon terjadi ketika bulan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi.
Bulan ini disebut Bulan Sturgeon. Profesor astrofisika di University of Edinburgh Catherine Heymans menyarankan agar orang melihat ke cakrawala tepat setelah matahari terbenam.
Bulan Sturgeon terbit pada 1 Agustus tetapi masih akan terlihat penuh untuk beberapa malam berikutnya. Bulan mengorbit bumi dalam bentuk elips bukan lingkaran yang berarti jaraknya ke bumi bervariasi puluhan ribu kilometer.
Dilansir BBC, Rabu (2/8/2023), supermoon terjadi ketika bulan berada pada titik terdekatnya dengan bumi yang dikenal sebagai perigee bulan. Bulan purnama selama perigee akan tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang daripada saat terjauh dari bumi.
Kita akan mengalami supermoon terakhir tahun 2023 pada 29 September yang disebut Harvest Moon karena setiap empat tahun sekali. Budaya di seluruh dunia memberi bulan purnama nama yang berbeda untuk menggambarkan apa yang terjadi di bulan itu.
Sturgeon Moon akan diikuti oleh Blue Moon yang langka pada 30 Agustus. Blue Moon adalah bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan kalender dan terjadi setiap dua hingga tiga tahun atau sekali dalam Blue Moon.
Di Indonesia, femonena Supermoon bisa dilihat pada 2 Agustus pukul 01.31 WIB, 02.31 WITA, dan 03.31 WIT. “Purnama Super 357.528 km Purnama Asalha,” kata Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dalam akun Instagram, dikutip Republika.co.id, Rabu (2/8/2023).
Bagi kalian yang ketinggalan, jangan khawatir karena fenomena Supermoon akan kembali terjadi pada 31 Agustus pukul 08.35 WIB, 09.35 WIB, dan 10.35 WIB untuk Purnama Biru Super. Sementara fenomena supermoon terakhir pada 29 September terjadi pada pukul 16.57 WIB, 17.57 WITA, dan 18.57 WIT.