Rabu 02 Aug 2023 16:30 WIB

Remaja Tiba-Tiba Mengaku Gender Netral, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Orang tua bisa jadi butuh bantuan psikolog untuk dampingi anaknya yang terpapar LGBT.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan menyematkan bendera pelangi yang menjadi lambang LGBT di kunciran rambutnya.
Foto: AP/Matthias Schrader
Perempuan menyematkan bendera pelangi yang menjadi lambang LGBT di kunciran rambutnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan gencarnya paparan gerakan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) tidak menutup kemungkinan kampanye tersebut akan mengimbas pada buah hati. Salah satunya sempat viral seorang mahasiswa Indonesia yang menyatakan dirinya adalah gender netral.

Pengakuan demikian bahkan disampaikan mahasiswa tersebut di sebuah acara kampus. Gender netral atau yang dikenal juga dengan istilah nonbiner merujuk pada seseorang yang tidak mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki maupun perempuan.

Baca Juga

Bagaimana orang tua perlu menyikapi apabila hal serupa terjadi pada buah hati? Psikolog anak, remaja, dan keluarga Sani Budiantini Hermawan berpendapat orang tua yang mengalami hal serupa mungkin akan merasa kaget dan khawatir tentang keadaan anaknya. Bahkan, ada sikap tidak menerima.

Lantas, apakah orang tua perlu langsung mengajak anak ke psikolog? Masalahnya, ketika anak merasa status gender netral itu baik-baik saja, mungkin akan sulit mengajaknya untuk berkonsultasi ke psikolog. Sementara itu, orang tua mungkin cenderung merasa pemikiran anak merupakan problem besar sehingga hendak langsung mengajak anak ke psikolog.

"Menurut saya perlu duduk bersama antara orang tua dan anak, berdiskusi menyamakan persepsi dulu, apakah hal itu diterima atau tidak diterima. Apa alasan anak menyatakan itu juga harus digali supaya ketemu jalan tengah," ujar Sani saat dihubungi Republika, Selasa (1/8/2023).

Sani mengakui bahwa kurasi lebih sulit dibanding antisipasi. Kurasi merupakan intervensi psikologis atau psikoterapi yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan atau gangguan psikologis yang sedang dialami oleh individu atau kelompok masyarakat.

Pasalnya, jika remaja yang beranjak dewasa sudah mulai menyatakan diri dan terbuka dengan kondisi seperti apa yang dia pikirkan, cukup sukar untuk diarahkan kembali. Meskipun demikian, memang ada berbagai usaha yang bisa dilakukan. Hal itu termasuk pendekatan khusus supaya orang tua bisa mengenal dan memahami anak, sampai pada akhirnya anak ikut memahami nilai-nilai yang diajarkan orang tua.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement