REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah daerah di Indonesia termasuk Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur (Jatim), tengah bersiaga dalam mengantisipasi kekeringan. Pasalnya, Indonesia diprediksi akan mengalami cuaca ekstrem pada 2023.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang Avicenna M Saniputera mengungkapkan, ada beberapa wilayah yang perlu diantisipasi masalah kekeringannya. Hal ini terutama di sejumlah kecamatan area Malang Selatan.
"Mulai dari Kalipare, Donomulyo, Pagak, kemudian sampai ke Sumbermanjing Wetan, Gedangan Tirtoyudo, dan Dampit," kata Avicenna saat dihubungi Republika, Rabu (2/8/2023).
Menurut Avicenna, wilayah-wilayah di Malang Selatan diketahui rawan mengalami kekeringan. Kemudian ada pula satu daerah di Kecamatan Lawang yang juga masuk dalam daftar tersebut.
Kendati demikian, sejauh ini belum ada laporan kekeringan ekstrem di daerahnya. Avicenna berharap tidak ada kekeringan ekstrem di wilayahnya.
Sebab pada saat isu kemarau ekstrem terjadi, kata dia, ternyata sampai saat ini petani di daerahnya masih bisa bertanam. Itu artinya belum ada daerah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Malang.
"Mudah-mudahan di Kabupaten Malang tidak seekstrem yang diperkirakan. Puncak kemarau itu kan diperkirakan Agustus dan September, Oktober itu musim hujan," kata dia menambahkan.
Di sisi lain, pihaknya juga telah mengantisipasi sejak awal isu ancaman kekeringan akibat badai kering El-Nino 2023. Salah satunya melalui peran serta jajaran penyuluh pertanian lapangan (PPL) di setiap kecamatan.
Mereka telah menyosialisasikan kepada petani dan kelompok tani untuk bersiaga. Pihaknya telah menyosialisasikan sebagaimana kewenangan pertanian untuk saluran irigasi itu menjadi tanggung jawab desa dan kelompok tani sehingga harus dijaga kebersihannya.
Embung-embung juga agar dijaga kebersihannya sehingga daya tampung bisa maksimal. Hal ini terutama dalam rangka untuk menyimpan dan mengalirkan air ke lahan pertanian.
Langkah selanjutnya dengan mencermati kondisi alam karena petani biasanya mempunyai alarm alami. "Misal, 'oh, ini mau kemarau, ini mau hujan jarang, dan lain-lain'. Mereka punya pertanda itu," kata dia.
Menurut Avicenna, kemampuan itu membuat petani dapat memilih komoditas mana yang lebih bersahabat dengan kekeringan. Ia mencontohkan, tanaman jagung biasanya tidak terlalu banyak memerlukan air.
Oleh karena itu, banyak petani yang menanam tanaman tersebut ketika memasuki musim kering. Para petani juga melakukan antisipasi dengan pola tanam.
"Di saat akhir bulan keempat itu masih ada hujan. Mereka sudah banyak mulai menanam terutama padi mereka sudah mulai menanam. Sampai saat ini masih berlanjut terus penanaman itu," ungkapnya.