REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia kembali menegaskan posisinya pada kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Istana Kremlin menyatakan pada Rabu (2/8/2023) siap untuk kembali dalam kesepakatan sesegera mungkin setelah bagian yang menjadi permintaannya dilaksanakan.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Presiden Vladimir Putin mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Rabu pagi. Ankara menjadi negaraperantara kesepakatan itu bersama dengan Perserikatan Bangsa-Bnagsa (PBB) pada Juli tahun lalu.
"Rusia dan Presiden Putin telah mengatakan ini 100 kali siap untuk segera kembali ke kesepakatan itu sendiri ... kesepakatan itu harus dilaksanakan di bagian yang menyangkut Federasi Rusia. Sejauh ini ini belum dilakukan, seperti yang Anda tahu," ujar Peskov.
Moskow keluar dari kesepakatan Black Sea Grain Initiative bulan lalu. Rusia mengeluh bahwa komunitas internasional telah gagal memastikan bahwa negara itu juga dapat mengekspor biji-bijian dan pupuknya secara bebas sebagai bagian dari kesepakatan itu.
"Barat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia tanpa memperhitungkan kebutuhan masyarakat dunia akan makanan, Sekretariat Jenderal PBB sangat menyadari hal ini," kata Peskov.
Ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia tidak dikenai sanksi Barat, tetapi Rusia mengklaim pembatasan pembayaran, logistik, dan asuransi telah menjadi penghalang pengiriman. Kondisi ini yang membuat Moskow menangguhkan kesepakatan yang telah mengirimkan 33 juta ton biji-bijian Ukraina.
Utusan Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, ada indikasi bahwa Rusia mungkin tertarik untuk kembali ke diskusi tentang kesepakatan itu. "Kami telah melihat indikasi bahwa mereka mungkin tertarik untuk kembali berdiskusi. Jadi kami akan menunggu untuk melihat apakah itu benar-benar terjadi," kata Greenfield.
Greenfield mencatat, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melanjutkan upayanya untuk menemukan jalan untuk membawa Rusia kembali ke kesepakatan.