REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Orang yang sudah merasakan manisnya iman akan mengerjakan setiap amal dengan hati yang gembira.
Mereka akan mendapatkan kebahagiaan dan kemudahan dalam menjalani hidup di dunia serta akan selamat di akhirat.
Rasulullah ﷺ telah memberi tahu tentang tiga hal yang jika ada pada diri seorang hamba maka akan mendapatkan manisnya iman (halawatul iman). Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَااهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَععُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
“Ada tiga hal, yang jika ini ada pada diri seseorang maka dia akan mendapatkan manisnya iman; Allah dan rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dan Tidaklah dia mencitai orang lain melainkan karena Allah, dan dia membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadits di atas, maka dapat diambil kesimpulan dampak dari manisnya iman dalam seseorang itu bisa diketahui dari tanda berikut yaitu pertama, mencintai Allah SWT dan RasulNya lebih dari apapun.
Orang yang mencintai Allah SWT dan rasulNya lebih dari apapun maka akan mendapatkan manisnya iman.
Kedua, mencintai orang lain karena Allah SWT. Ketika seseorang hamba mencintai orang lain maka harus didasari karena cinta kepada Allah SWT bukan karena didasari agar memperoleh materi dunia seperti untuk mendapatkan harta kekayaan, pangkat, status sosial dan lainnya.
Baca juga: Upaya Para Nabi Palsu Membuat Alquran Tandingan, Ada Ayat Gajah dan Bulu
Maka ketika seseorang dapat mencintai orang lain karena Allah SWT, dia akan memberikan penuh pada orang yang dicintainya, menjaganya dan mengingatkannya sehingga tidak melanggar aturan-aturan Allah SWT yang dapat menyengsarakan.
Seseorang yang mencintai orang lain karena Allah SWT akan senantiasa memberikan nasihat, mengajak orang yang dicintainya pada kebenaran dan melarang perbuatan yang dapat membinasakan diri.
Ketiga, benci kembali pada kekufuran. Orang yang akan mendapatkan manisnya iman tidak ingin kembali pada kekufuran sebagaimana ia tak senang masuk ke dalam bara api sehingga menurut orang tersebut akan betul-betul menjauhi perkara-perkara yang menyebabkan kekufuran.