REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang tiran naik ke tampuk kekuasaan, memerintah bangsanya dengan kekejaman dan kebencian. Dialah Firaun, seorang tiran sepanjang masa yang mengaku-aku Tuhan. Siapa sangka?
Sang istri justru seorang wanita penegak keadilan yang kelak dari upayanya itu seorang Nabi menumbangkan jalan tiran Firaun.
Dilansir di About Islam, Selasa (1/8/2023), Aktivis Muslimah Zainab binti Younus menjabarkan bagaimana kisah perjuangan Asiah patut menjadi teladan bagi generasi Muslimah saat ini.
Firaun dalam satu gerakan mampu menciptakan jurang raksasa antara dua segmen masyarakat: mereka yang menjadi miliknya dan mereka yang dia nyatakan sebagai orang luar. Selama bertahun-tahun, Firaun menganggap dirinya berhasil dalam menegakkan agenda prasangka dan diskriminasinya. Sampai revolusi muncul dari jantung negerinya, berkobar di hati orang yang paling tidak dia curigai.
Sekitar 3000 tahun yang lalu, Firaun Mesir adalah salah satu individu paling terkenal yang menerapkan kebencian dan pembunuhan sebagai kebijakan publik yang sah. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam Alquran Surat Al-Qasas ayat 4. Allah SWT berfirman:
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَااءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
Baca juga: Upaya Para Nabi Palsu Membuat Alquran Tandingan, Ada Ayat Gajah dan Bulu
Yang artinya, "Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Firaun) termasuk orang yang berbuat kerusakan."
Bahkan ketika Firaun mengirim tentaranya ke seluruh Mesir untuk membantai bayi, menganggap dirinya aman selama darah bayi mengalir secara teratur seperti sungai Nil, seorang wanita Bani Israil menggendong putranya dan kemudian membuangnya ke sungai.