Rabu 02 Aug 2023 21:51 WIB

Wamenkes: Penyebab Meninggalnya Warga Papua Tengah akan Diinvestigasi

Wamenkes sebut akan memeriksa kemungkinan warga Papua meninggal akibat kelaparan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.
Foto: Republika/Zainur Mahsir Ramadhan
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengatakan akan melakukan investigasi terkait penyebab sejumlah warga yang meninggal dunia di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Hal ini disampaikannya menanggapi pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menyebut penyebab meninggalnya warga karena diare, bukan akibat kelaparan.

"Ya akan kita lakukan investigasi, nanti kalau udah ada hasilnya pasti kita sampaikan ke teman-teman pers. Rajin-rajin liat IG-nya Kemenkes ya," kata Dante di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/8/2023).

Ia juga menyampaikan bahwa diare tidak menyebabkan terjadinya kelaparan. Kelaparan, kata dia, merupakan suatu kondisi yang kronik.

"Enggak, diare gak bikin kelaparan, kelaparan itu kronik, jadi kan akut," ujarnya.

Dante menjelaskan diare terjadi karena makanan yang dikonsumsi tidak tepat. Sedangkan kelaparan tidak terjadi karena diare."Nggak lah, nggak. (Diare) karena makannya salah. Kelaparan bukan karena diare," lanjut Dante.

"Nanti kita investigasi. Sering-sering baca IG-nya Kemenkes ya biar ada update ya," tambah dia.

Sebelumnya di waktu terpisah, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut sejumlah warga yang meninggal di Kabupaten Puncak, Papua Tengah tidak disebabkan karena kelaparan. Berdasarkan laporan Sekretaris Wilayah Daerah dan Kepala Dinas setempat, Mentan mengatakan sejumlah warga yang meninggal tersebut menderita diare.

"Saya habis dua tiga hari, dua hari terakhir ini ngecek banget apa itu kelaparan membuat dia meninggal. Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga? Jadi kelaparan itu bersifat masif. Oleh karena itu, yang ada menurut laporan dari Sekwilda dan Kadis setempat bukan kelaparan. Diare," ujar Syahrul di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Ia menjelaskan, pada hari pertama, warga tersebut mengalami muntah hingga 20 kali dan juga diare yang menyebabkan dehidrasi. Mentan pun menyiapkan sejumlah langkah darurat untuk membantu penanganan kondisi tersebut selama tiga bulan ke depan. Selain itu, ia juga akan mengirimkan sekitar 10 ribu tanaman polybag ke enam distrik yang mengalami bencana kelaparan.

Menurut Syahrul, pemerintah tidak boleh gegabah dalam melakukan penanganan darurat untuk membantu warga sekitar mengingat kondisi wilayah yang berada di ketinggian. Untuk bisa mensuplai kebutuhan warga setempat, Mentan menyebut akan berfokus pada daerah Timika.

"Agenda ketiga, permanen agenda saya akan buat lahan penyangga di sana. Dan saya kira kalau di puncak itu masalah hujan es dll setiap tahun seperti itu. Jadi ini menurut saya, tapi mari teman-teman mengecek, bukan karena kelaparan, tapi karena muntaber," jelasnya.

Meskipun demikian, Mentan mengakui di daerah tersebut juga terjadi cuaca ekstrim. Karena itu, ia menyampaikan akan kembali mengecek kondisi warga setempat pada pekan depan untuk melakukan intervensi.

Sementara terkait food estate yang sudah dibangun di Kabupaten Keerom, Papua, Mentan mengatakan disiapkan untuk memenuhi kebutuhan di Papua Barat.

"Kan jauh banget dari Papua ke sana. Ini di atas gunung. Cuma bisa dilakukan pendekatan di Timika. Oleh karena itu, di Papua itu yang disiapkan sekarang itu food estate memang untuk kepentingan Papua Barat, dan ini (bencana) di Papua Tengah," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, musim kemarau panjang disertai cuaca dingin ekstrem menyebabkan lima orang dewasa dan satu bayi di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, meninggal dunia. Warga sekitar mengalami gagal panen dan kesulitan air bersih sehingga menyebabkan diare serta dehidrasi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan kurang lebih 7.500 warga terdampak bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Hal ini berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak per Ahad (30/7/2023).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement