REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Anggota NATO yang terletak di sepanjang front timur semakin khawatir tentang kehadiran tentara bayaran Rusia, Grup Wagner di Belarus. Polandia, Lituania, dan Latvia, yang merupakan anggota NATO dan Uni Eropa yang berbatasan dengan Belarusia, telah bersiaga sejak sejumlah besar migran dan pengungsi dari Belarus mulai tiba di perbatasan dua tahun lalu.
Polandia, Lituania, dan Latvia menuduh Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, yang merupakan sekutu Rusia, membuka rute migrasi dalam tindakan perang hibrida yang bertujuan menciptakan ketidakstabilan di Barat. Sekarang kekhawatiran semakin meningkat sejak pasukan Wagner mulai tiba di Belarusia setelah pemberontakan singkat mereka di Rusia.
Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki mengatakan, sekitar 100 pejuang Wagner di Belarus telah mendekati perbatasan Polandia, khususnya daerah sensitif strategis yang dikenal sebagai Celah Suwalki.
“Sekarang situasinya menjadi lebih berbahaya. Ini tentunya merupakan langkah menuju serangan hibrida lebih lanjut di wilayah Polandia," kata Morawiecki kepada wartawan.
Sebuah insiden pada Selasa (1/8/2023) menambah kekhawatiran, ketika dua helikopter Belarusia memasuki ruang udara Polandia di ketinggian rendah saat melakukan latihan. Belarusia merilis video tentara bayaran Wagner yang melatih pasukannya.
Kementerian Pertahanan Polandia melaporkan insiden itu ke NATO. Sementara NATO mengatakan, mereka memantau situasi di sepanjang perbatasan timur dengan cermat.
“NATO dengan cermat melacak situasi di sepanjang perbatasan timurnya, termasuk insiden kemarin di mana dua helikopter militer Belarusia menyeberang sebentar ke wilayah udara Polandia di ketinggian rendah,” kata seorang pejabat NATO yang berbicara dengan syarat anonim.
“Kami berhubungan dekat dengan otoritas Polandia mengenai masalah ini, dan kami akan terus melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan semua wilayah aliansi tetap aman,” ujar pejabat itu.
Polandia, Lituania, dan Latvia mengatakan, mereka telah mengerahkan lebih banyak pasukan dan peralatan ke perbatasan. Kepala Penjaga Perbatasan Negara Latvia, Guntis Pujats mengatakan, risiko keamanan di sekitar perbatasan Belarus sangat tinggi sejak Minsk mulai menggunakan migran sebagai alat perang hibrida, dan risiko tersebut telah meningkat seiring kedatangan Grup Wagner. Dia mengatakan, penjaga perbatasan telah mulai melatih satuan tugas khusus sebagai tanggapan.
Presiden Lituania, Gitanas Nauseda mengatakan, Grup Wagner akan menggunakan kehadirannya di dekat perbatasan Lituania untuk berbagai provokasi. “Jadi menurut saya ancamannya serius,” kata Nauseda.
Ketua Komite Keamanan dan Pertahanan Nasional Seimas, Laurynas Kasciunas mengatakan, tentara bayaran Wagner di Belarus dengan kekuatan tempur mereka saat ini tidak menimbulkan ancaman militer konvensional. "Apakah mereka menimbulkan ancaman besar di masa depan, akan tergantung pada skenario lebih lanjut, bagaimana mereka dipersenjatai dan perintah," ujar Kasciunas.
Di Polandia, beberapa kritikus pemerintah percaya bahwa mereka melebih-lebihkan ancaman untuk menampilkan dirinya sebagai keamanan yang tangguh sebelum pemilihan parlemen musim gugur ini. Pemimpin oposisi Polandia, Donald Tusk menuduh partai yang berkuasa menggunakan Wagner untuk memicu ketakutan sebelum pemilihan. Sementara beberapa orang Polandia menyalahkan pihak berwenang karena menolak mengakui bahwa helikopter Belarusia telah memasuki wilayah udara Polandia pada Selasa.
Awalnya, militer bersikeras bahwa pesawat Belarus tidak memasuki Polandia. Tetapi penduduk setempat mengunggah foto di media sosial, yang menunjukkan helikopter dengan lambang Belarus dengan jarak beberapa kilometer dari perbatasan di dalam Polandia. Setelah foto itu viral, Kementerian Pertahanan mengeluarkan pernyataan yang mengakui bahwa helikopter itu milik Belarus.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield mengatakan, Amerika Serikat memandang Grup Wagner sebagai ancaman. Menurutnya, setiap tindakan atau serangan yang dilakukan oleh Grup Wagner merupakan perintah Pemerintah Rusia.
“Kami telah melihat upaya jahat mereka di benua Afrika. Jadi kami tentu khawatir bahwa kelompok ini, atas perintah pemerintah Rusia, karena mereka tidak bekerja secara independen dari pemerintah Rusia. Ini merupakan ancaman bagi kita semua. Dan kami harus memastikan bahwa pesannya jelas bahwa setiap serangan oleh Grup Wagner akan dilihat sebagai serangan oleh pemerintah Rusia," Thomas-Greenfield kepada wartawan.