Kamis 03 Aug 2023 10:36 WIB

Pakar Jelaskan Cara Masyarakat Melakukan Pemilahan Sampah 

Jangan sampai sampah yang sudah dipilah ketika diangkut justru dicampur aduk.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Karyawan memilah sampah anorganik  di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS) Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta, Rabu (2/5/2023). Ditutupnya TPST Piyungan oleh Pemda DIY tidak berpengaruh bagi warga Panggungharjo, karena memiliki unit pengelolaan secara mandiri. Sampah warga yang masuk KUPAS akan dipilah kembali menjadi beberapa bagian hingga nanti tinggal residu yang tidak bisa diolah lagi. Sedangkan untuk sampah organik dapur warga dari Kelurahan memberikan solusi yakni alat pengolah Ember Tumpuk serta yang terbaru alat Lodong Sisa Dapur (Losida). Sehingga pembuangan sampah sudah mulai dikurangi sejak dari rumah.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Karyawan memilah sampah anorganik di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS) Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta, Rabu (2/5/2023). Ditutupnya TPST Piyungan oleh Pemda DIY tidak berpengaruh bagi warga Panggungharjo, karena memiliki unit pengelolaan secara mandiri. Sampah warga yang masuk KUPAS akan dipilah kembali menjadi beberapa bagian hingga nanti tinggal residu yang tidak bisa diolah lagi. Sedangkan untuk sampah organik dapur warga dari Kelurahan memberikan solusi yakni alat pengolah Ember Tumpuk serta yang terbaru alat Lodong Sisa Dapur (Losida). Sehingga pembuangan sampah sudah mulai dikurangi sejak dari rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), Ikmal Tahir, menilai ditutupnya TPA Piyungan menjadi momentum yang baik untuk memunculkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya memilah sampah dari rumah tangga. Untuk itu, sampah yang sudah dipilah masyarakat perlu ditindaklanjuti dengan memperbanyak Bank Sampah dan TPS3R.

"Dengan adanya pemilahan ini fasilitas yang mungkin tadi adalah Bank Sampah, TPS3R itu diperbanyak saya kira akan sangat mendukung jadi nanti akan mengurangi beban sampah yang harus dibuang ke TPA itu," kata Ikmal saat dihubungi Republika, Rabu (2/8/2023). 

Baca Juga

Ia berharap jangan sampai sampah yang sudah dipilah masyarakat ketika diangkut justru kembali dicampur aduk menjadi satu. Menurutnya hal itu justru membuat fungsi pemilahan tidak efektif. "Fungsi pemilahan oleh masyarakat menjadi nggak jalan," ucapnya. 

Ikmal juga menjelaskan sejumlah upaya pengelolaan sampah yang bisa dilakukan masyarakat. Sampah organik misalnya bisa diolah di rumah masing-masing melalui pengomposan.   

"Kalau sampah sudah dipilah, sampah organik itu kalau bisa tetap di rumah saja termasuk sampah kebun, caranya sebenarnya adalah paling gampang pengomposan, caranya kan banyak ada pakai biopori, ada ember tumpuk, ada losida, kalau kami di rumah biasanya pakai kompos bag, itu juga bisa jadi alternatif," ucapnya. 

Kemudian untuk sampah kering bisa dipilah lagi antara sampah yang bisa didaur ulang dengan sampah yang bisa dijual. Menurutnya sampah yang bisa didaur ulang juga dapat memberikan manfaat secara ekonomi.

"Dijual dari rumah disetorkan ke bank sampah, mendapatkan nilai ekonomi, tapi kalau jumlahnya misalkan kecil ya disetor ya ke tps3r atau ke petugas sampah  yang mengambili, kalau sudah terpilah biasanya akan dikumpulkan sendiri oleh petugas sampahnya," ungkapnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement