REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pejabat tinggi militer Iran dan Belarusia melakukan pertemuan pada Rabu (2/8/2023) di Teheran untuk membahas pembentukan komisi kerja sama militer antara kedua negara. Iran dan Belarusia berselisih dengan kekuatan Barat, dan keduanya mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mohammad Bagheri, bertemu dengan Menteri Pertahanan Belarusia, Viktor Khrenin. Keduanya membicarakan tentang penempatan atase militer di wilayah masing-masing serta pembentukan komisi bersama untuk kerja sama militer antara kedua negara.
"Bagheri mengatakan bahwa kerja sama militer antara Iran dan Belarusia harus diperluas karena perubahan yang terjadi dalam struktur kekuatan global," ujar laporan kantor berita Iran, IRNA.
Menurut laporan IRNA, Bagheri menambahkan bahwa negara-negara yang menghadapi sanksi AS dan Barat harus memiliki hubungan yang lebih baik satu sama lain. Seruan ini menggemakan pernyataan serupa yang dilontarkan oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei selama pertemuan dengan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko di Teheran pada Maret 2023.
“Negara-negara yang diberi sanksi AS harus bekerja sama dan membentuk kelompok untuk menghilangkan taktik sanksi, dan kami pikir itu bisa dilakukan,” kata Khamenei saat itu.
Iran dan Belarusia berada di bawah sanksi Amerika Serikat (AS). Teheran menghadapi sanksi karena program nuklirnya yang diperebutkan, sedangkan Belarus terkena sanksi karena pelanggaran hak.
Pada Senin (31/7/2023) Khrenin bertemu dengan Menteri Pertahanan Iran, Mohammad Reza Ashtiani. Setelah pertemuan itu, keduanya menandatangani nota kesepahaman untuk meningkatkan kerja sama di sektor pertahanan. Ashtiani mengatakan, Belarusia memiliki 'tempat khusus' dalam kebijakan luar negeri Iran.