REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak sedikit orang tua yang menerapkan pola asuh yang mengandalkan pukulan atau hukuman fisik untuk mendisiplinkan anak. Hal demikian tidak dianjurkan oleh pakar, sebab berbagai penelitian telah mengungkapkan dampak buruknya.
Pakar pengasuhan anak Australia, Gen Muir, mengatakan bahwa pukulan dan hukuman fisik membuat hubungan orang tua dan anak rusak secara permanen. Anak cenderung tidak dapat memercayai orang tua untuk bercerita mengenai masalah yang dialami.
"Jika Anda memukul dan menakut-nakuti anak, Anda mungkin mendapatkan rasa hormat--atau apa pun yang tampak seperti rasa hormat--tetapi pada akhirnya, anak Anda tidak belajar bagaimana mengatasi emosi mereka dengan pengaturan bersama yang diberikan orang tua," kata Muir, dikutip dari laman Daily Mail, Kamis (3/8/2023).
Dalam jangka panjang, anak akan memilih untuk menyembunyikan sebagian dari hidup mereka dan secara emosional menjauhkan diri dari keluarga. Dengan begitu, menjadi mustahil bagi orang tua untuk membantu anak ketika berada dalam kesulitan.
Pekerja sosial kebidanan dan edukator pengasuhan asal Sydney itu telah bekerja dengan lebih dari 40 ribu orang tua selama kariernya. Sebagai ibu empat anak, Muir memahami tantangan yang dihadapi orang tua modern saat membesarkan anak-anak mereka.
Muir sering mendengar anggapan awam bahwa anak tidak akan belajar jika tidak ada konsekuensi yang keras. Atau, anggapan orang dewasa bahwa mereka memukul anak tidak dengan cara serius, sehingga anak masih terlihat baik-baik saja tanpa terluka.
Muir menyebut, efeknya memang tidak terlihat secara langsung. Berbagai bukti mengarah pada kondisi bahwa anak yang semasa kecilnya dipukul tidak akan datang kepada orang tua saat di masa remaja atau dewasanya mereka punya masalah.