REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pentas kesenian Muslim Xinjiang cukup menghibur warga Semarang pada hajat Republika Festival Hijriah. Acara ini dihelat di Gedung Serbaguna Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Rabu (2/8/2023) malam.
Antara lain tari Jula yang dibawakan oleh kelompok seni Art Troupe Performance dari 12 orang Muslim Uighur dan kesenian Muqam yang telah berusia ribuan tahun dan membuat festival ini semakin semarak.
Mewakili penyelenggara, Nur Hasan Murtiaji mengungkapkan, ada pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam penyelenggaraan Republika Festival Hijriah yang digelar di sejumlah kota di Pulau Jawa ini.
Antara lain ingin menularkan tiga makna peristiwa hijrahnya Nabi Muhamaad SAW dari Makkah ke Madinah. “Yang pertama tentu makna spiritual yang dalam penyelenggaraan diwujudkan siraman rohani dari Habib Husein Ja’far,” ungkapnya.
Kemudian, Hasan menjelaskan, ketika Nabi Muhammad hijrah pun, ternyata salah satu yang berkembang adalah kesenian dan kebudayaan yang punya ciri khas Islam.
Pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat bahwa di Negeri Tiongkok adalah saudara Muslim yang punya kesenaian yang sudah berusia ribuan tahun dan mereka juga mempunyai nilai-nilai yang khas.
“Dan ini perlu diperkenalkan secara luas sebagimana dalam Alquran surah al-Hujurat ayat 13,” kata wakil pemimpin Redaksi Republika ini.
Ketiga, masih kata Hasan, dengan hijrahnya Nabi Muhammad di sana juga ada hijrah secara ekonomi. Ekonomi menjadi berkembang ketika Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah maka ekonomi Islam kemudian juga berkembang.
Inilah yang kemudian dihadirkan melalui adanya bazar-bazar UMKM di Semarang dengan produk-produk kuliner halal, fashion Muslim, dan seterusnya.
Lebih lanjut, Hasan juga menyampaikan, penampilan kesenian Muslim dalam festival ini di antaranya karena ingin saling mengenal juga. Sehingga mengapa dihadirkan kesenian Muslim dari Xinjiang.
Menurutnya apa yang ingin disampaikan adalah adanya perspektif lain dari Negeri Tiongkok. Bahwa di barat laut wilayah Tiongkok itu ada provinsi yang ternyata mayoritas penduduknya Muslim.
“Apalagi dari salah satu kesenian yang tampil adalah Muqam yang telah berusia ribuan tahun dan telah diakui badan dunia UNESCO sebagai intangible heritage atau warisan budaya bernilai bukan benda,” katanya.
Andri (39), salah satu penonton mengakui, penampilan kesenian Muslim Xinjiang yang ditampilkan dalam Republika Festival Hijriah ini cukup semarak dengan ciri khas kostum yang berwarna warni.
Ia mengaku baru kali ini melihat langsung dan ternyata menarik dalam memperkaya pengetahuan tentang khasanah kesenian bernafaskan Islam. “Menurut saya ini menjadi salah satu daya tarik dari festival ini,” kata warga Kota Semarang tersebut.