Kamis 03 Aug 2023 19:00 WIB

10 Hadits tentang Keutamaan Alquran (2-Habis)

Alquran memiliki sejumlah keutamaan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Alquran
Foto: Dok Republika
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran merupakan kitab yang paling sempurna sebagai penutup kitab-kitab yang sebelumnya. Di dalamnya ada petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Ada banyak hadits yang menunjukkan keutamaan Alquran.

Seperti dikutip dari buku 40 Hadits Keutamaan Alquran oleh Syaikh Abu Muhammad Al-Biqa’i Asy-Syami Al-Atsari, Berikut di antara Hadits-Hadits Keutamaan Alquran:

Baca Juga

6. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ. فَلَرَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling dermawan. Keadaan beliau paling dermawan adalah pada bulan Ramadhan saat ditemui oleh Jibril. Dia menemui beliau setiap malam di bulan Ramadhan untuk tadarrus Alquran. Sungguh Rasulullah adalah yang paling dermawan dalam kebaikan melebihi angin yang berhembus.” [Muttafaqun ‘Alaihi: Shahîh Al-Bukhârî (no. 6, I/61) dan Shahîh Muslim (no. 2308, IV/1803), Shahîh Ibnu Hibbân (no. 3440, VIII/225), Shahîh Muslim (no. 2406, II/64), dan Musnad Ahmad (no. 2042, I/230)]

7.٣٦- عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأَ قَطَعَ آيَةً آيَةً. الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، ثُمَّ يَقِفُ، الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، ثُمَّ يَقِفُ 

قَالَ ابْنُ أَبِي مَلِيْكَةَ: وَكَانَتْ أُمُّ سَلَمَةَ تَقْرَأُهَا مَلِكِ

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Alquran beliau memutus per ayat. Alhamdu lillâhi rabbil âlamîn lalu berhenti, ar-rahmânir râhîm lalu berhenti.” 

Ibnu Abi Malikah berkata, “Ummu Salamah membacanya maliki (dengan ma pendek bukan panjang–penj).” 

[Shahih: Al-Mustadrak Al-Hâkim (no. 2910, II/252), Sunan Abû Dâwûd (no. 4001, IV/37), Musnad Ahmad (no. 26625, VI/302), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2587, II/520)]

8. ٣٧- عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللّٰهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ، وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah memuliakan muslim yang sudah tua, hamilul Qur`an tanpa berlebihan dan meremehkan, dan memuliakan penguasa yang adil.” 

[Hasan: Sunan Abû Dâwûd (no. 4834, IV/261), Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2685, II/550), Musnad Al-Bazzar (no. 3070, VIII/74), dan Mu’jam Al-Ausath Ath-Thabarânî (no. 6736, VII/21)]

9.٣٨- عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَيَخْرُجُ أَقْوَامٌ مِنْ أُمَّتِي يَشْرَبُونَ الْقُرْآنَ كَشُرْبِهِمُ اللَّبَنَ

Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan keluar beberapa kaum dari umatku yang meminum Alquran  seperti mereka meminum susu.”

 [Hasan: Al-Mu’jam Al-Kabîr Ath-Thabarânî (no. 821, XVII/297), dan Musnad ar-Rûyânî (no. 249, I/188)]

Maksudnya, mereka membacanya dengan lisan mereka tanpa merenungi makna-maknanya dan tidak merenungkan hukum-hukumnya, tetapi sekedar lewat begitu saja di lisannya sebagaimana lewatnya susu yang diminum dengan cepat (di tenggorokan).

10.٣٩- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْجِدَالُ فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdebat dalam Alquran adalah kekufuran.” 

[Shahih: Sunan Abû Dâwûd (no. 4603, IV/199), Al-Mustadrak Al-Hâkim (no. 2803, II/243), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2256, II/416)]

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement