Jumat 04 Aug 2023 06:37 WIB

Presiden Brasil Dukung Lebih Banyak Negara Gabung BRICS

Anggota BRICS saat ini mencakup Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mendukung lebih banyak negara untuk bergabung dengan kelompok BRICS.
Foto: EPA-EFE/MASSIMO PERCOSSI
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mendukung lebih banyak negara untuk bergabung dengan kelompok BRICS.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan pada Rabu (2/8/2023), mendukung lebih banyak negara untuk bergabung dengan kelompok BRICS. Aliansi itu saat ini mencakup Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.

“Saya berpendapat bahwa karena banyak negara ingin masuk, jika mereka mematuhi aturan yang kami tetapkan, kami akan menerima masuknya negara tersebut," ujar Lula.

Baca Juga

Kelompok tersebut akan mengadakan pertemuan puncak di Johannesburg dari 22 hingga 24 Agustus. Pertemuan tersebut akan membahas daftar negara-negara yang ingin bergabung dengan kelompok itu.

"Kemungkinan dalam pertemuan ini, kita sudah bisa secara konsensual memutuskan negara baru mana yang bisa bergabung dengan BRICS,” kata Lula.

Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Vieira menyatakan, sekitar 20 negara telah secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan blok tersebut. Beberapa negara itu adalah Argentina, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Indonesia, Iran, dan Venezuela.

Vieira mengatakan, semua anggota BRICS tertarik untuk berupaya menerima negara lain. Namun, parameter penerimaan anggota baru ini masih perlu didiskusikan dan perlu ada kesepakatan bersama di antara para pemimpin.

KTT di Johannesburg akan terjadi ketika Cina dan Rusia sedang menghadapi isolasi oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) Sejak menjabat, Lula telah berulang kali melawan struktur internasional yang didominasi Barat.

Lula telah menolak posisi bersama AS dan UE untuk mendukung Ukraina dalam perjuangan melawan invasi Rusia. Dia menolak memberikan senjata kepada pasukan Ukraina dan mendorong pembicaraan damai untuk mengakhiri perang.

Presiden Brasil ini juga menyerukan diakhirinya dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional. Dia lebih mendukung mata uang bersama untuk perdagangan di blok Amerika Selatan Mercosur dan untuk perdagangan di antara negara-negara BRICS.

“Mengapa Brasil membutuhkan dolar untuk berdagang dengan Cina atau Agentina? Kita bisa memperdagangkan mata uang kita,” kata Lula.

Lula kemudian memuji prospek Bank Pembangunan Baru yang didukung Cina atau umumnya dikenal sebagai bank BRICS. Pendanaan itu mendanai proyek infrastruktur di Brasil dan di tempat lain di negara berkembang.

"Bank BRICS harus efektif dan lebih dermawan daripada IMF. Artinya, bank itu ada untuk membantu menyelamatkan negara dan bukan untuk membantu negara yang tenggelam, seperti yang dilakukan IMF berkali-kali,” kata Lula menyinggung Dana Moneter Internasional.

Lula juga mengkritik Dewan Keamanan PBB. Dia mengatakan, anggotanya bertanggung jawab untuk memulai perang meskipun badan tersebut menyatakan misi untuk menjaga perdamaian dan keamanan. Brasil telah mencari kursi di dewan tersebut selama beberapa dekade.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement