REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai pengakuan di media sosial telah banyak mengungkap tentang Dubai Porta Potty. Sejumlah fakta diketahui dari beberapa orang yang pernah terlibat atau pernah berinteraksi dengan orang yang terlibat di "pesta gelap" yang digelar kalangan superkaya di Dubai.
Peringatan, konten berita ini mungkin bisa membuat jijik atau mual sehingga sebaiknya pertimbangkan dulu sebelum melanjutkan membaca. Dubai Porta Potty adalah fenomena mencengangkan, di mana orang kaya Dubai mengundang para perempuan ke pestanya.
Para perempuan itu dibayar mahal untuk buang air besar di tubuh atau mulut para pengusaha yang mengundang mereka. Bisa juga sebaliknya, si orang kaya yang BAB di tubuh atau mulut perempuan yang mereka undang ke pesta bawah tanah tersebut.
Dikutip dari laman DailyO, Jumat (4/8/2023), desas-desus media sosial pun menunjukkan bahwa para perempuan itu mungkin juga dibayar untuk terlibat dalam berbagai tindakan mengerikan dan ilegal lainnya. Beberapa contohnya adalah beastiality dan pedofilia.
Bestiality merupakan bentuk penyimpangan seksual di mana seseorang melakukan aktivitas seksual terhadap hewan. Sementara, pedofilia adalah gangguan atau kelainan jiwa di mana seseorang bertindak menjadikan anak-anak sebagai instrumen pelampiasan nafsu seksual.
Dalam sebuah video Tiktok yang dibagikan oleh akun @chennifar, seorang perempuan mengaku pernah terlibat kontrak pesta serupa di Dubai yang mengharuskan dia melakukan aktivitas seksual dengan seekor unta. Sementara, pengguna Tiktok lainnya, Saint Mullan, menjelaskan pengalamannya dengan seorang pria yang memintanya bergabung di sebuah pesta kapal pesiar di Dubai.
Influencer yang berbasis di London, Inggris, itu menerima undangan lewat pesan pribadi di Instagram. Pria yang mengaku sebagai teman dari seorang pangeran Dubai itu meminta Saint Mullan memenuhi fetish si pengundang, yang termasuk seks anal dengan kaki.
Dia juga diminta memenuhi urofilia (tindakan mendapatkan kepuasan seksual dengan berkemih atau menonton orang buang air kecil) si pengundang dan hal lainnya. Sebagai gantinya, dia akan mendapat bayaran dalam jumlah besar, ditambah biaya penerbangan, juga tempat tinggal gratis selama di Dubai.
Sementara, dilansir laman Daily Hive, unggahan lain menunjukkan seorang perempuan setuju untuk diterbangkan ke Dubai dan mendapatkan pemeriksaan STD (pengecekan untuk mendeteksi infeksi atau masalah terkait penyakit menular seksual). Di sebuah acara di Dubai, perempuan itu diminta memuaskan kebutuhan seksual pengundang yang kaya raya.
Tak hanya itu, dia juga diminta berhubungan seksual dengan saudara laki-laki kliennya, yang masih berusia 13 tahun. Dua pekan sebelum terbang, perempuan itu menerima 25.000 dolar AS (Rp 379 juta), dari total bayaran 50 ribu dolar AS (Rp 758 juta). Sisanya dibayarkan setelah "pekerjaan" selesai.
Menurut African Insider, sejak awal 2016 sudah bermunculan sejumlah kesaksian dan pengakuan online tentang Dubai Porta Potty. Bahkan, kini ada situs web yang tampaknya didedikasikan untuk merekrut "toilet manusia" untuk orang-orang kaya di Dubai.
Situs web perekrutan itu diprediksi dibuat pada awal 2021. Tampilan beranda di situs itu mengiming-imingi untuk menjadi "undangan" Porta Potty dengan bayaran besar, menyebut keterlibatan di acara demikian sebagai sebuah peluang dan kesempatan memperbaiki hidup.
Dubai telah memiliki reputasi buruk merekrut pekerja seks dan memiliki aktivitas perdagangan manusia (terutama perempuan untuk perdagangan seks) selama beberapa dekade. Bahkan, Dubai secara diam-diam disebut sebagai pusat wisata seks internasional.
Hal itu terus bergulir meski prostitusi secara teknis dinyatakan ilegal di semua negara bagian Uni Emirat Arab. Pada sebuah artikel terbitan 2016, Americans for Democracy & Human Rights in Bahrain (ADHRB) melaporkan sejumlah praktik tak beradab terkait kasus para perempuan yang dijerat ke dalam prostitusi dalam berbagai cara.