REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alam semesta dan seluruh isinya akan hancur tak tersisa ketika hari kiamat (yaumul qiyamah). Kehancuran jagat raya ini diawali dengan terdengarnya suara sangkakala Malaikat Israfil oleh seluruh makhluk.
Para ulama berbeda pendapat mengenai berapa kali Malaikat Israfil meniup sangkakala. Sebagian ulama berpendapat bahwa tiupan sangkakala terjadi tiga kali, sebagian lagi berpendapat terjadi tiga kali.
Di antara ulama yang berpendapat bahwa tiupan sangkakala malaikat israfil terjadi sebanyak tiga kali ialah Ibnu Arabi, Ibnu Taimiyah dan Imam Asy Syaukani. Mereka berpendapat bahwa tiupan sangkakala yang pertama membuat terkejut dan menyebabkan kepanikan seluruh makhluk serta menimbulkan kerusakan (nafkhotul faza') sebagaimana bersandar pada keterangan Alquran surah an-Naml ayat 87.
Tiupan sangkakala kedua menyebabkan setiap makhluk mati seketika (nafkhotu ash-sha’qi) sebagaimana bersandar pada keterangan Alquran surah az-Zumar ayat 68. Dan tiupan sangkakala yang ketiga membuat seluruh manusia yang telah mati dari zaman nabi Adam hingga hari kiamat bangkit kembali (nafkhotul ba’tsi wan nusyuur) sebagaimana bersandar pada keterangan Alquran surat Yasin ayat 51.
Sedangkan pendapat yang menyatakan bahwa tiupan sangkakala malaikat israfil terjadi dua kali merupakan pendapat jumhur para ulama. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnu Abbas, Imam Hasan Bashri, Ibnu Hajar dan Imam Qurthubi. Mereka berpendapat bahwa tiupan sangkakala yang pertama menyebabkan kepanikan dan kematian seluruh makhluk serta kehancuran alam jagat raya dan isinya (nafkhotul faza’ wa ash-sha’qi) sebagaimana bersandar pada keterangan Alquran surah an-Naziat ayat 6-7. Sedangkan tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan kebangkitan yang membuat seluruh manusia hidup kembali.
Tak ada keterangan detail tentang berapa lama jarak waktu antara tiupan sangkakala malaikat israfil. Meski begitu dalam hadits yang diriwayatkan melalui jalur Abu Hurairah, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa jaraknya adalah empat puluh. Hanya Allah SWT yang mengetahui apakah jaraknya empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun.
مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أَبَيْتُ
“(Jarak) antara dua tiupan adalah empat puluh.” Para sahabat bertanya,”Wahai Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan.” Mereka bertanya lagi, ”Empat buluh bulan?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan.” Mereka bertanya lagi, ”Empat puluh tahun?” Abu Hurairah menjawab, ”Aku enggan” (HR. Bukhari no. 4935).