REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menghadiri peluncuran buku berjudul 'Proceedings of the R20 International Summit of Religion Leaders' di Balai Senat, Rektorat UGM, Jumat (4/8/2023). Dalam pidato kuncinya, Gus Yahya menyinggung soal ancaman politik identitas pada Pemilu 2024 mendatang.
"Menjelang pemilihan umum yang akan datang hari ini yang akan kita adakan pada bulan Februari tahun depan, Orang-orang berbicara tentang ancaman politik identitas," kata Gus Yahya di UGM, Jumat (4/8/2023).
Gus Yahya mengatakan orang-orang melihat bahwa politik identitas dapat meningkatkan bahaya sipil bagi masyarakat seperti yang dialami dalam pemilihan umum 2019 lalu. Setidaknya hal itu terlihat pada dua pemilu terakhir yang menurutnya merupakan pengalaman paling buruk terkait politik identitas di mana orang menggunakan agama sebagai senjata untuk mendapatkan dukungan politik untuk menyerang orang lain.
Gus Yahya menilai persoalan ini memiliki akar yang sangat luas dan sangat dalam pada diskursus ajaran agama. Di satu sisi membawa agama ke dalam politik merupakan motivasi atau insting para pemeluk agama untuk membawa agama ke dalam ruang publik dan sosial. Di sisi lain, orang-orang menilai agama hanya untuk ruang pribadi individu.
Logika semacam itu kemudian membuat orang berpikir bahwa ketika agama dibawa ke dalam ruang sosial dan publik maka akan menimbulkan persaingan antar agama yang berbeda.
"Tentu berbahaya membiarkan agama saling berebut dominasi di ruang publik dan sosial, karena saat ini kita hidup dalam kelompok yang berbeda, kelompok yang berbeda agama hidup bersebelahan. lingkungan yang sama. Jadi jika kita membiarkan pertempuran seperti itu terjadi maka akan menimbulkan bahaya besar bagi keamanan, stabilitas seluruh masyarakat," ungkapnya.
Gus Yahya menyinggung juga soal bagaimana agama juga melahirkan peradaban manusia. Sejarah peradaban manusia mencatat bagaimana agama memainkan peran kunci dalam membangkitkan setiap peradaban besar di dunia.
"Anda dapat melihat peradaban Mesir, Roma Kuno dan Roma Kristen, anda dapat melihat Islam dan Arab. Dan setiap saat kebangkitan peradaban, agama memainkan peran vital atau bahkan peran yang paling mendasar," ucapnya.
Gus Yahya menyakini agama dimaksudkna untuk membangun peradaban dan membantu mengembangkan peradaban. Artinya agama memiliki peran dalam mengembangkan ruang-ruang sosial dan keseluruhan konstruksi sosial dan strukturnya.
Melihat pentingnya peran agama dalam membangun peradaban maka R20 berupaya mencari cara agar bagaimana agama dapat terus dijunjung tinggi namun pada saat yang sama tidak memunculkan masalah.
"Karena itulah terciptanya inisiatif R20 adalah menghentikan agama sebagai sumber masalah dan mulai menjadikannya sebagai sumber solusi," ungkapnya.