REPUBLIKA.CO.ID, SEONGNAM -- Serangan penusukan yang tampaknya acak di sebuah kota komuter dekat Seoul telah memicu ketakutan. Selama ini Korsel dikenal sebagai negara dengan tingkat pembunuhan rendah dan pembatasan senjata api yang ketat. Oleh karena itu, peristiwa penusukan massal ini membuat warga Korsel khawatir. Terlebih lagi peristiwa tersebut muncul dalam waktu kurang dari dua minggu.
Seorang pria menabrakkan mobilnya ke orang yang lewat kemudian keluar dan menikam banyak orang di sebuah pusat perbelanjaan di Seongnam pada Kamis (3/8/2023). Dia ditangkap di lokasi, menyebabkan 14 orang terluka, dua dalam kondisi kritis.
Amukan yang tidak dapat dijelaskan itu terjadi beberapa hari setelah serangan penikaman langka lainnya di Seoul. Serangan ini menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya.
"Saya selalu mengatakan kepada anak-anak saya untuk berhati-hati ketika mereka pergi ke luar negeri karena takut akan senjata, tetapi sekarang saya lebih takut berada di Korea Selatan," ujar Lee Young-ja, seorang warga Seongnam berusia 78 tahun yang melarikan diri setelah mendengar orang-orang berteriak selama insiden terbaru itu.
Warga lain di daerah itu Choi Jun-ho mengatakan, dia tetap ekstra waspada dalam perjalanannya ke tempat kerja pada Jumat (4/8/2023) pagi. Dia bekerja di dekat mal tempat penusukan itu terjadi.
"Ini mengerikan. Sesuatu seperti ini bisa terjadi tepat di sebelahku," ujar pria berusia 26 tahun itu.
Presiden Korsel Yoon Suk-yeol menyebut insiden itu sebagai tindakan terorisme terhadap warga yang tidak bersalah. Dia memerintahkan polisi untuk mengerahkan semua sumber daya yang tersedia untuk meredakan kekhawatiran publik.
Di media sosial, daftar ancaman serangan peniru beredar. "Saya sudah memberi tahu keluarga dan teman saya untuk tinggal di rumah," kata seorang warga Seoul berusia 31 tahun.
"Saya harap orang-orang yang memposting ancaman itu semua dilacak dan dihukum berat," ujarnya.
Komisaris Jenderal Polisi Yoon Hee-keun memperingatkan warga Korsel untuk waspada terhadap serangan semacam itu. Dia pun meminta para pejabat untuk waspada.
Para ahli mengatakan, ada risiko kejahatan serupa dapat terjadi dan mendesak pihak berwenang untuk dengan cepat menganalisis pola dalam kejahatan yang mengamuk baru-baru ini untuk menghasilkan tindakan balasan. "Para tersangka yang tidak memiliki motif yang jelas tidak berarti bahwa tidak ada cara untuk mencegah kejahatan ini," kata profesor ilmu kepolisian di Kyungnam University Kim Do-woo.
Polisi disarankan untuk memantau secara ketat dan secara proaktif mengintervensi ketika ada laporan tindakan mencurigakan di tempat umum yang ramai. Kim menegaskan, kedua serangan penikaman dalam beberapa pekan terakhir terjadi di dekat stasiun kereta bawah tanah.