REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan juru bicara Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Adhie Massardi mengaku menerima banyak pertanyaan dari wartawan terkait hubungan antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pertanyaan tersebut semakin sering diterimanya, khususnya setelah Harlah ke-25 PKB yang digelar di Solo, Jawa Tengah.
"Ada teman-teman wartawan tanya ke saya 'Mas itu PBNU berseberangan yah dengan PKB?' saya bilang PBNU tidak pernah berseberangan dengan PKB, faktanya hari ini adalah PBNU dan PKB itu bertolak belakang," ujar Adhie dalam Haul ke-14 Gus Dur di Kantor DPP PKB, Jakarta, Jumat (4/8/2023).
Jelasnya, PBNU di bawah kepemimpinan Yahya Cholil Staquf istiqomah di jalan keagamaan yang mengarah ke timur. Sedangkan PKB yang dipimpin Abdul Muhaimin Iskandar fokus di jalan politiknya mengarah ke barat.
"Karena bumi itu bulat, Insya Allah akan bertemu di tengah," ujar Adhie.
Lanjutnya, ia menceritakan masa-masanya saat menjadi juru bicara Presiden ke-4 Republik Indonesia di Istana. Salah satunya adalah pertanyaannya ke Gus Dur, terkait alasannya membentuk PKB.
Saat itu Gus Dur menjelaskan, politik saat itu mulai kehilangan moral, tata krama, dan kemanusiaannya. PKB yang lahir diharapkannya kembali menghadirkan spiritualitas dalam politik Indonesia.
"Nah itu sebabnya saya yakin betul bahwa PBNU itu dalam hal lain, dalam hal politik itu memang harus ke PKB. Jadi, NU istiqomah dengan keagamaannya ke timur, PKB dengan garis politiknya ke barat, jadi gak ada masalah," ujar Adhie.
"Ini apalagi Yahya Staquf ini teman saya hari-hari dulu di Istana dan saya pernah ngobrol juga dengan beliau itu kemarin itu, jadi kita harus menyelamatkan produk Gus Dur, PKB," sambungnya.