JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia berkolaborasi dengan Komunitas Pecinta Kereta Api IRPS dan 3D Zaiku mengadakan Pameran Miniatur Lokomotif Terbesar Rekor MURI dengan Teknologi Cetak Tridimensi di Stasiun Surabaya Gubeng selama 1 bulan, mulai Jumat (4/8).
Pameran diselenggarakan sebagai upaya sosialisasi tentang sejarah perkeretaapian, sekaligus sebagai ajang kampanye peduli keselamatan di perlintasan sebidang.
Penganugerahan Rekor MURI sebagai Miniatur lokomotif terbesar dengan bentuk lokomotif uap DD52, diberikan pada tanggal 2 Juli 2023 di Museum Lawang Sewu - Semarang.
KAI bersama IRPS dan 3D Zaiku memulai kick-off pembuatan miniatur lokomotif tersebut sejak 7 Juni 2023 di Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng.
Ukuran miniatur lokomotif ini yaitu sepanjang kurang lebih 6 meter dengan lebar 80 cm. Miniatur lokomotif DD52 nantinya akan dipamerkan di sejumlah stasiun di Pulau Jawa.
“Kehadiran Pameran Miniatur Lokomotif terbesar Rekor MURI di Stasiun Surabaya Gubeng selama bulan Agustus 2023 ini, diharapkan dapat menjadi sarana hiburan bagi para penumpang KA, sekaligus memperkenalkan nilai-nilai sejarah perkeretaapian Indonesia kepada publik," kata Vice President Public Relations KAI, Joni Martinus.
Miniatur lokomotif tersebut dibuat dengan teknologi printer 3D yang sudah dipersiapkan cukup lama. Diawali dengan menggambar 3D modeling tanpa blue print selama 4 bulan hanya dengan melihat referensi foto dan video. 3D modeling tersebut menghasilkan 1.996 komponen yang selanjutnya dirakit sehingga menghasilkan bentuk lokomotif uap yang utuh.
Sejarah keberadaan Lokomotif DD52 di Indonesia dimulai ketika Lokomotif ini didatangkan dari Pabrik Hartmann dan Hanomag di Jerman, serta Werkspoor di Belanda pada tahun 1923, mulai berdinas sejak 1924, setelah lokomotif DD 50 dan lokomotif DD 51.
Lokomotif DD 52 memiliki julukan "Si Gombar" dari masyarakat lokal Jawa Barat yang selalu dilewati oleh lokomotif ini. Dengan ukurannya yang besar dan tenaganya yang kuat, tugas utama lokomotif DD 52 adalah menarik kereta barang yang melintasi pegunungan Priangan. Walaupun begitu, lokomotif ini juga difungsikan sebagai penarik kereta penumpang.
Di akhir masanya, lokomotif ini melayani KA lokal Bandung-Cibatu. Alokasi lokomotif ini sendiri menyebar di beberapa Depo Lokomotif seperti Tasikmalaya, Purwakarta, dan Cibatu. Karier lokomotif ini berakhir pada tahun 1974, ketika angkutan barang di jalur Tasikmalaya-Cicalengka menurun. Sehingga menjalankan DD52 ini terlalu berlebihan untuk muatan yang tidak begitu berat.