Sabtu 05 Aug 2023 18:25 WIB

Mantan Pejabat Senior AS: Israel tidak Lagi Layani Kepentingan AS

AS didesak mempertimbangkan kembali hubungan dengan Israel.

Bendera Amerika. Dukungan Amerika Serikat (AS) untuk Israel dinilai tidak lagi melayani kepentingan strategis negeri Paman Sam.
Foto: AP Photo/Andy Wong, File
Bendera Amerika. Dukungan Amerika Serikat (AS) untuk Israel dinilai tidak lagi melayani kepentingan strategis negeri Paman Sam.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dukungan Amerika Serikat (AS) untuk Israel dinilai tidak lagi melayani kepentingan strategis negeri Paman Sam. Mantan direktur senior Dewan Keamanan Nasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Steven Simon mendesak Washington untuk mempertimbangkan kembali hubungan dengan Tel Aviv.

Sosok yang mengelola langsung berkas Israel-Palestina di bawah pemerintahan mantan presiden AS Barack Obama ini menyamakan situasi saat ini dengan "sindrom sarang kosong". Istilah itu menunjukkan bahwa AS merasa sulit melepaskan dukungannya yang sudah lama untuk Israel.

Baca Juga

Penilaian-penilaian tersebut Simon tuangkan dalam buku baru berjudul Grand Delusion: The Rise and Fall of American Ambition in the Middle East. Dia mengadvokasi penilaian ulang mendasar atas hubungan AS-Israel, sambil berargumen bahwa dukungan AS untuk Israel tidak lagi melayani kepentingan strategis AS.

Selama beberapa dekade, kebijakan AS di Timur Tengah sebagian besar tetap tidak berubah di berbagai pemerintahan. Namun, dengan Israel menghadapi titik balik penting dalam demokrasi, hubungan dengan Palestina, dan potensi normalisasi dengan Arab Saudi, kebijakan AS yang berpusat di sekitar Israel justru perlu dipertimbangkan kembali.

"Anak-anak ayam menerbangkan kandang, mereka bergaul dengan orang yang salah. 'Mengapa mereka tidak pulang untuk makan malam lagi dan meminta nasihat'  jika Anda orang tua, itu sangat menjengkelkan dan sulit untuk belajar melepaskannya," kata Simon dikutip dari Middle East Monitor.

Simon menyamakan situasi saat ini dengan "titik kritis". Perpecahan antara Washington dan Tel Aviv yang disebabkan oleh perombakan yudisial dan kebangkitan kelompok ultra-kanan telah memperkuat pandangan bahwa hubungan kedua negara berada pada titik kritis.

"Apa yang kita lihat sekarang setidaknya kembali ke tahun 1930-an. Sekarang ayam-ayam pulang untuk bertengger dengan cara yang cukup besar," ujar Simon.

Tentang orang Israel dan Palestina, Simon mencatat, bahwa AS secara bertahap kehilangan pengaruhnya. Dia berpendapat bahwa fondasi hubungan AS-Israel didasarkan pada temperamen liberal pada era tertentu, yang pertama kali didirikan oleh mantan presiden Harry Truman. Hubungan tersebut berevolusi dari berbasis nilai menjadi berbasis strategi.

Kebijaksanaan yang berlaku di Washington adalah Tel Aviv adalah sekutu strategis. Hubungan antara kedua negara didasarkan pada gagasan bahwa kedua negara secara luas memiliki pandangan strategis yang sama, yaitu keduanya didedikasikan untuk kontra-terorisme.

Kedua negara pun bertukar intelijen dan teknologi canggih. Mereka juga dipandang sebagai benteng melawan nasionalisme Arab.

Mengenai hubungan di masa depan, Simon percaya bahwa Israel akan kehilangan dukungan bipartisan yang dinikmatinya. Dia memprediksi kesenjangan tumbuh antara Israel dan Partai Demokrat di AS. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement