Sabtu 05 Aug 2023 19:04 WIB

Kasus Demam Berdarah Pecahkan Rekor di Bangladesh

Rumah sakit berjuang untuk memberi ruang bagi pasien yang paling membutuhkan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi pasien demam berdarah di Bangladesh.
Foto: AP Photo/Mahmud Hossain Opu
Ilustrasi pasien demam berdarah di Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh sedang bergulat dengan rekor wabah demam berdarah atau DBD yang mematikan. Rumah sakit berjuang untuk memberi ruang bagi pasien yang paling membutuhkan karena penyakit ini menyebar dengan cepat di negara berpenduduk padat itu.

Berdasarkan laporan resmi pemerintah, setidaknya 293 orang telah meninggal pada 2023 dan hampir 61.500 orang terinfeksi. Jumlah laporan terbaru itu menjadikan tahun 2023 paling mematikan sejak epidemi pertama yang tercatat pada 2000.

Baca Juga

Rumah sakit, terutama di Dhaka, berjuang untuk menemukan ruang kosong bagi sejumlah besar pasien yang menderita demam tinggi, nyeri sendi, dan muntah. Menteri Kesehatan Bangladesh Zahid Maleque menyatakan, pemerintah telah meluncurkan inisiatif untuk membatasi penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, mulai dari kampanye kesadaran hingga upaya untuk membunuh jentik nyamuk setelah musim hujan.

"Sejak kami datang ke sini, para dokter dan perawat memberi tahu kami bahwa mereka tidak dapat menyediakan tempat tidur yang layak untuk kami, tetapi jika kami tinggal, mereka akan merawat kami. Kami tidak punya pilihan lain selain mengatur barang-barang di lantai untuk ibu dan saudara perempuan saya," ujar Shariful Islam saat dia mengawasi anggota keluarganya di rumah sakit pemerintah di Dhaka.