REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kementerian Luar Negeri Kuwait mengkritik pernyataan yang disampaikan pelaksana tugas Menteri Ekonomi Lebanon Amin Salam mengenai pembangunan ulang sebagian pelabuhan Beirut. Hal ini menandakan ketidaksepakatan diplomatik terbaru antara Lebanon dengan negara-negara Arab Teluk.
Salam mengatakan ia mendesak Kuwait membangun kembali gudang gandum utama Lebanon yang dibangun tahun 1969 dengan Dana Kuwait untuk Pembangunan Ekonomi Arab. Gudang itu hancur saat ledakan pelabuhan Beirut tahun 2020. Salam mengatakan Kuwait dapat memutuskan untuk membangun gudang itu hanya dengan "goresan tangan."
Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Salem Abdullah Al-Jaber Al-Sabah mengatakan pernyataan Salam "tidak sesuai" dengan norma politik mengenai bagaimana keputusan diambil. Ia meminta menteri Lebanon itu menarik kata-kata untuk melindungi hubungan bilateral.
Pada Sabtu (5/8/2023) media Lebanon mengutip Salam yang mengatakan pernyataannya merujuk betapa cepatnya keputusan dapat diambil. Tapi ia tidak bermaksud menyinggung.
Hubungan Lebanon dan negara-negara Arab Teluk rusak pada tahun 2021. Karena pernyataan Menteri Informasi Lebanon saat itu mengenai intervensi militer yang dipimpin Arab Saudi di Yaman.
Saat itu negara-negara Arab Teluk termasuk Kuwait menarik perwakilannya dari Lebanon. Mereka dikembalikan pada tahun 2022.
Terpisah Kuwait mendesak warganya di Lebanon untuk tetap waspada beberapa hari setelah terjadi bentrokan di kamp orang Palestina di selatan Lebanon. Dalam pernyataannya kemudian, pelaksana tugas Perdana Menteri Najib Mikati mengatakan ia memastikan pada negara-negara Arab Teluk warga mereka di Lebanon aman.