Ahad 06 Aug 2023 13:52 WIB

Penjelasan Mengenai Adab Utama dalam Bangun Keluarga, Apa itu?

Keluarga harus dibangun dengan akhlak mulia

Rep: Mabruroh/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi keluarga.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi keluarga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jadikanlah adab sebagai ruh pendidikan pertama yang diajarkan di dalam keluarga. Para ulama pun sepakat bahwa adab adalah pendidikan pertama yang harus diajarkan kepada keluarga sebelum ilmu.

Imam Maliki berkata, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari satu ilmu". Imam Syafi'i pun ketika ditanya bagaimana posisi adab pada diri pencari ilmu ia menjawab "Seperti seorang ibu yang kehilangan anaknya dan ia tak memiliki anak selainnya" (Imam Ibn Jama'ah dalam Tadzkirah as Sami' wal Mutakallim).

Baca Juga

Lalu, adab seperti apa yang terpenting pertama kali kita ajarkan kepada keluarga? Adab yang paling utama adalah adab kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Al-Izz bin Abdus salam dalam bukunya Syajaratul Ma’arif, mengatakan bahwa Allah SWT berfirman mengenai hal ini.

"Dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya" (QS Maryam ayat 55).

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya" (QS Thaha ayat 132).

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu" (QS At-Tahrim ayat 6).

Mereka bisa terhindar dari panasnya api neraka karena mereka memerintahkan keluarganya untuk bertakwa dan taat kepada Allah. Rasulullah saw bersabda, "Perintahkan (anak-anak) mereka untuk shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkannya."

Pendidikan adab keluarga adalah memberi nikmat kepada mereka, dan sebagai ihsan atas mereka. Sementara keutamaan pendidikan adab ini sesuai dengan apa yang dididikkan. Pendidikan adab yang paling utama Adalah adab tentang ibadah kepada Allah dan ketaatan-ketaatan yang paling mulia.

Jika seorang anak bisa belajar apa yang seharusnya dia pelajari tanpa harus ada ancaman-ancaman, jangan sampai dia diancam dengan sanksi. Jika dia tidak belajar kecuali dengan diancam maka ancamlah.

Jika cara ini juga tidak mempan, hendaklah dia dipukul dengan pukulan yang dia sanggup dan dipastikan dia tidak mengalami cedera apa pun akibat pukulan itu. Jika dia tidak mempan kecuali dengan pukulan yang mencederai, pukulan yang mencederai itu diharamkan karena bisa saja dia mati dengan pukulan itu.

Tidak pula dibolehkan memukul dengan pukulan yang tidak mencederai, hanya saja dia dibolehkan karena menjadi sarana untuk perbaikan. Maka jika tidak tercapai pula perbaikan, maka hal itu diharamkan sebab yang demikian adalah perbuatan yang mendatangkan bahaya, tapi tidak ada manfaat apa-apa.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement