Ahad 06 Aug 2023 14:32 WIB

KSP Dorong Pembangunan Sistem Rantai Dingin Industri Perikanan di Maluku

Data produksi perikanan tangkap di 11 daerah provinsi Maluku 2022 capai 518.887 ton.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi perikanan.
Foto: Antara/Ampelsa
Ilustrasi perikanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Staf Presiden (KSP) mendorong pembangunan sistem rantai dingin yang sangat dibutuhkan untuk penguatan industri perikanan di Provinsi Maluku. Provinsi yang dikenal dengan sebutan negeri seribu pulau itu memiliki potensi produksi perikanan tangkap yang sangat besar.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Alan Koropitan mengungkapkan data produksi perikanan tangkap di 11 daerah provinsi Maluku 2022 sebesar 518.887 ton. Sayangnya potensi tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan fasilitas rantai dingin yang kuat, seperti kapasitas gudang beku, ketersediaan pabrik es, angkutan kargo udara, hingga kontainer laut berpendingin.

Baca Juga

“Hasil pantauan kami (KSP) semuanya masih kurang,” kata Alan, dikutip dari siaran pers KSP pada Ahad (6/8/2023).

Sistem rantai dingin yakni penanganan hasil ikan tangkap yang memanfaatkan berbagai macam teknologi pendinginan. Mulai sejak penangkapan, pengolahan, sampai dengan distribusi. Tujuannya untuk menjaga kualitas mutu ikan.

Selain ketersediaan fasilitas yang memadai, menurut Alan, pembangunan sistem rantai dingin juga memerlukan fasilitas pendukung. Seperti akses dalam mendapatkan BBM bagi nelayan dan listrik untuk gudang beku.

“Dua hal ini yang masih menjadi keluhan pelaku sektor perikanan dan kelautan. Ditambah lagi dengan persoalan jejaring distribusi,” kata dia.

Alan mengatakan Kantor Staf Presiden akan segera melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga untuk mensinkronkan kembali antara regulasi dan implementasi di lapangan. Sehingga tidak ada kesenjangan dan memperkecil hambatan.

“Hasil verifikasi lapangan ini segera kami laporkan ke Kepala Staf Kepresidenan, untuk nanti ditindaklanjuti dengan koordinasi bersama K/L,” ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement