REPUBLIKA.CO.ID,ABU DHABI — Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir atau panik tentang situasi keamanan di negaranya. Pernyataan ini keluar setelah Jerman dan negara-negara Teluk mengeluarkan peringatan perjalanan baru-baru ini.
Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Jerman, dan Inggris memperbarui peringatan perjalanan mereka di tengah bentrokan yang terjadi antara kelompok bersenjata saingan di kamp Palestina Ain Al Hilweh di selatan Lebanon.
Kementerian Luar Negeri UEA menyarankan warga Emirat untuk tidak melakukan perjalanan ke Lebanon. Larangan tersebut ditujukan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan warga negara UEA mengingat kondisi saat ini di negara tersebut.
Mereka didorong untuk mendaftar untuk layanan 'Twajudi', layanan konsuler yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri UEA, yang bertujuan membantu warga negara di luar negeri.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (5/8/2023), dilansir dari Gukf News pada Ahad (6/8/2023), Mikati mengatakan dia telah berbicara dengan kepala keamanannya dan menilai bahwa situasinya tidak perlu khawatir atau panik. Dia mengatakan telah ada kemajuan signifikan dalam menyelesaikan kekerasan di Ain Al Hilweh, di mana setidaknya 13 orang meninggal dunia dalam pertempuran.
Pernyataan itu mengatakan menteri luar negeri Abdullah Bou Habib telah ditugaskan untuk meyakinkan negara-negara Arab bahwa warganya aman di Lebanon.
Kedutaan Saudi pada hari Jumat mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon dengan cepat dan menghindari daerah-daerah di mana telah terjadi bentrokan bersenjata. Bahrain menyusul pada esok harinya dan meminta warganya untuk meninggalkan negara itu, menurut pernyataan kementerian luar negeri Bahrain.
Pernyataan Saudi di media sosial X, menekankan pentingnya mematuhi larangan perjalanan Saudi ke Lebanon.
Kuwait pada hari Sabtu mendesak warga negaranya di Lebanon untuk tetap waspada dan menghindari area gangguan keamanan, tetapi berhenti meminta mereka untuk pergi.
Pekan lalu, Jerman memperingatkan warga untuk tidak melakukan perjalanan ke kamp-kamp Palestina di Lebanon, di antara daerah-daerah lainnya. Inggris menyarankan warganya untuk tidak melakukan perjalanan kecuali mendesak ke bagian selatan Lebanon, termasuk di dekat Ain Al Hilweh.
Sekitar seperempat dari 80 ribu penduduk kamp telah mengungsi akibat pertempuran pada 29 Juli antara faksi arus utama Fatah dan Islamis garis keras Ain Al Hilweh adalah yang terbesar dari 12 kamp Palestina di Lebanon, yang menampung hingga 250 ribu pengungsi Palestina, menurut badan PBB untuk pengungsi dari Palestina (UNRWA).
Sumber: