REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam konteks teknologi, adopsi generative AI (kecerdasan buatan generatif) terus berkembang. Generative AI dapat dimanfaatkan oleh pelaku serangan siber untuk membuat konten phishing dengan tingkat klik pengunjung yang tinggi, mengembangkan malware dengan lebih cepat, dan mengelabui proses otentikasi serta verifikasi identitas dengan menciptakan gambar dan suara mirip target serangan.
Meskipun demikian, Generative AI dan teknologi kecerdasan buatan lainnya juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mengatasi serangan siber tingkat rendah. Demikian salah satu ulasan dalam laporan dari penyedia layanan keamanan siber Ensign InfoSecurity bertajuk Lanskap Ancaman Siber di Indonesia pada 2022.
Vice President of Advisory, Consulting, Ensign InfoSecurity Teo Xiang Zheng di Jakarta, baru-baru ini, mengatakan, terdapat sejumlah langkah pertahanan kunci yang bisa diadopsi oleh organisasi untuk melawan ancaman siber. "Terapkan prinsip-prinsip Arsitektur Zero Trust dengan menerapkan pengendalian berbasis identitas dan segmentasi jaringan untuk membatasi akses tidak sah dan pergerakan lateral," kata Teo.
Selain itu, organisasi disarankan untuk melakukan deteksi terus menerus terhadap kerentanan pada permukaan serangan digital. Prioritaskan pemasangan patch untuk mengurangi jendela paparan.