REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan branding Assoc Prof Dr Rulli Nasrullah mengharapkan para dai Nahdlatul Ulama (NU) agar menguasai ilmu branding dalam era digital saat ini.
Pengajar Pusdiklat Kemkominfo mengemukakan hal itu di Kantor PBNU di Jakarta, Ahad (6/8/2023), pada Penguatan Kelembagaan dan Kompetensi Dai Daiyah NU yang diselenggarakan Lembaga Dakwah PBNU.
CEO Imajinaxi.Com ini menyampaikan materi tentang Penguatan Dakwah Digital: Strategi dan Tantangan di Era Industri dan Society 5.0. terutama tentang branding dai era digital. Pria yang akrab dipanggil Kang Arul ini mengatakan, orang banyak salah melakukan posting di sosial media.
"Apapun diunggah di medsos, dia bikin Get Well Soon. Uniknya semua komentar dijawab oleh yang sakit ini," kata dosen UIN Jakarta tersebut.
Kang Arul menilai, bila dai tidak punya ilmu branding, maka perilakunya akan sama dengan netizen yang salah posting tersebut. Semua hal dinaikkan di medsos. "Di medsos pasar ide banyak sekali. Karena itu, ketika branding di medsos harus punya 'jualan' yang unik," kata dia.
Pada kesempatan tersebut Kang Arul juga mengajak peserta untuk mengukur seberapa jauh mereka sudah mem-branding diri di internet dengan mengetik nama di Google. "Dunia ini adalah FOMO. Ustadz dan ustadzah harus FOMO. Pertarungan di medsos luar biasa," kata dia.
FOMO akronim dari fear of missing out merupakan perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, sering disebabkan karena unggahan di media sosial.
Saran dia bagi para dai, jangan membuat konten lebih dari satu menit. Fotur Live hanya untuk dai terkenal. "Kalau maksa, yang nonton hanya sedikit maka algoritma akan membaca dan kita masuk tidak diminati," kata dia.
Dia juga meminta para dai mem-branding dirinya dengan keahlian tertentu. Misalnya, ustadz patah hati atau ustadz keluarga sakinah. "Kalau semua diambil akan nggak dapat," katanya.
Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyelenggarakan kegiatan Penguatan Kelembagaan dan Kompetensi Dai Daiyah NU di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta.