Senin 07 Aug 2023 01:52 WIB

Sosok Pembunuh Mahasiswa UI, Sikapnya Disebut Berubah Beberapa Bulan Terakhir

Kondisi pelaku pembunuhan diungkap oleh teman satu kontrakan.

Rep: Alkhaledi Kurnialam / Red: Andri Saubani
Seorang Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, berinisial MNZ (19 tahun) ditemukan meninggal dunia dalam keadaan terbungkus plastik sampah hitam di kamar kosnya di Kawasan Kukusan, Beji, Kota Depok, Jumat (4/8/2023). Korban diduga dibunuh senior kampusnya sendiri, AAB (23 tahun) yang saat ini sudah diamankan Polres Metro Depok.
Foto: Dok Republika
Seorang Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, berinisial MNZ (19 tahun) ditemukan meninggal dunia dalam keadaan terbungkus plastik sampah hitam di kamar kosnya di Kawasan Kukusan, Beji, Kota Depok, Jumat (4/8/2023). Korban diduga dibunuh senior kampusnya sendiri, AAB (23 tahun) yang saat ini sudah diamankan Polres Metro Depok.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Altafasalya Ardnika Basya (23 tahun), tersangka pembunuh MNZ (19 tahun), juniornya sendiri di kampus dikatakan menunjukkan sikap yang berbeda selama beberapa bulan terakhir ini. Kondisi ini diungkap oleh teman satu kontrakan pelaku, Adha Amin Akbar.

Tersangka diketahui tinggal di sebuah kontrakan bernama Wisma Ladika di Jalan Masjid Al Faruq, Kukusan, Beji, Kota Depok. Ia tinggal bersama Adha Amin Akbar bersama seorang temannya lagi.

"Kita untuk dua bulan belakangan ini benar-benar jarang ngobrol. Dia nggak kayak dulu aktif ngobrol sama kita untuk ceritain kegiatan dia,” jelas Akbar, Ahad (6/8/2023).

Menurut Adha, sebelum menunjukkan perubahan sikap, Altaf dikenal sering mengobrol dengan sesama penghuni kontrakan. Tersangka biasa menceritakan soal aset kripto yang ia miliki. Tapi selama dua bulan belakangan, Altaf menjadi lebih pendiam dan gelisah.

“Puncak kegelisahannya dia itu dari dua bulan terakhir ini. Betul (agak tertutup) tapi masih ada ngobrol-ngobrol, tapi nggak terbuka yang dulu,” katanya.

Adha juga menyebut, selama setahun tinggal bersama di kontrakan Wisma Ladika, tidak banyak hal yang diketahui Adha soal Altaf. Tersangka disebutnya lebih sering tidur di ruang tengah sambil asik memantau investasi kripto.

Nah dia itu kebiasaannya yaitu kalau nggak ngelihat crypto-nya dia biasa nonton film gitu,” tukasnya.

 

Sementara terkait keluarga Altaf, Adha mengaku tidak bangak mengenai detail soal kerabat Altaf. Meski begitu, tersangka pernah mendengar perkataan Altaf yang ingin menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa melibatkan keluarga.

 

“Dia bilang dia sudah pernah minta (uang) ke orang tua juga. Dia kelamaan kayak nggak enak lah kalau minta sama orang tuanya terus, jadi dia mikir untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tapi cara-caranya itu nggak pernah dijelaskan ke kita,” ujarnya.

Adapun Altaf mengaku membunuh MNZ karena merasa mengalami kebuntuan untuk melunasi hutang-hutangnya. Sehingga ia berusaha mengambil harta korban yang juga berujung pada terbunuhnya korban.

"Utang saya cuman Rp 15 juta ke pinjol dan teman-teman. Total kerugian saya Rp 80 juta di aset kripto saya," jelas AAB saat konferensi pers Polres Metro Depok, Sabtu (5/8/2023).

Pelaku mengaku tidak memiliki masalah pribadi sama sekali dengan korban. Satu-satunya motif pembunuhan ini, kata AAB, adalah karena putus asa untuk menghadapi masalah hutang-hutangnya.

"Saya sudah hopeless, saya sudah tidak menemukan jalan terang untuk menyelesaikan masalah saya sendiri," katanya.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement