Senin 07 Aug 2023 17:00 WIB

PLTA Jelok Mulai Terdampak Elevasi Rawapening

Pemakaian air untuk PLTA harus dikurangi setiap ada penurunan elevasi.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas memeriksa unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok, Kabupaten Semarang, Senin (10/8).
Foto: Antara
Petugas memeriksa unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok, Kabupaten Semarang, Senin (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Elevasi air di danau Rawapening terus menurun, seiring dengan berlangsungnya musim kemarau dan dampak El Nino 2023 ini. Hal tersebut turut berimbas pada penggerak turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok.

Koordintor Penjaga Pintu Bendung Jelok, Siswanto, menyampaikan, penurunan elevasi air danau Rawapening dimulai sejak adanya kesepakatan antara Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana dengan para petani yang tergabung dalam Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB). "Saat itu memang ada tuntutan dari paguyuban petani di sekitar Rawapening, agar elevasi air danau ini diturunkan dengan harapan lahan/ tanah pemajakan yang selama ini mereka garap bisa ditanami padi dan bisa panen setahun dua kali," kata Siswanto, Senin (7/8/2023).

Baca Juga

Maka, kata Siswanto, sejak saat itu dilakukan penurunan elevasi danau Rawapening di angka 461,30 mdpl. Dengan berlangsungnya musim kemarau ini, elevasi existing danau Rawapening berada di angka 460,83 mdpl.

Dengan kondisi ini, pemanfaatan air Rawapening bagi PLTA Jelok saja sudah sangat minim. "Dengan elevasi di angka 460,83 mdpl ini, paling cuma mampu membangkitkan 6 megawatt (MW)," kata dia.