Senin 07 Aug 2023 17:07 WIB

Isu Body Checking Miss Universe Indonesia, Komnas Perempuan Ikut Bicara

Komnas Perempuan mempertanyakan 2 hal terkait isu body checking telanjang ini.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Miss Universe (ilustrasi). Finalis Miss Universe Indonesia dikabarkan melakukan body checking tanpa busana. Komnas Perempuan pun buka suara.
Foto: AP/Ariel Schalit
Miss Universe (ilustrasi). Finalis Miss Universe Indonesia dikabarkan melakukan body checking tanpa busana. Komnas Perempuan pun buka suara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Miss Universe Indonesia 2023 menjadi sorotan setelah isu mengenai prosedur body checking yang dilalui para finalis beredar di dunia maya. Isu body checking ini menjadi perbincangan hangat karena para finalis dirumorkan harus menanggalkan busana saat menjalani prosedur tersebut.





Berkaitan dengan isu ini, Komisaris Komnas Perempuan Prof Dr Alimatul Qibtiyah menilai kebijakan body checking tanpa ada busana perlu ditinjau ulang. Menurut Prof Alimatul, ada dua hal yang patut dipertanyakan, yaitu standar dan kepentingan dari pemeriksaan tubuh tanpa busana.



Baca Juga

"Apalagi ada laki-lakinya, ya, untuk tempat body check-nya. Itu jelas menurut saya sih membuat kita para perempuan kurang nyaman untuk perspektif heteroseksual," jawab Prof Alimatul saat dihubungi Republika.co.id pada Senin (7/8/2023).

Terkait standar, pemeriksaan tubuh tanpa busana mungkin dilakukan untuk memeriksa noda, bekas luka, atau stretch mark yang ada di tubuh finalis. Menurut Prof Alimatul, standar ini kurang mengakomodasi keragaman jenis tubuh hingga kulit wanita.



"Kalau dia misalnya (punya) bekas melahirkan atau bekas operasi, bagaimana? Apa kemudian tidak punya kriteria untuk menjadi Miss Universe padahal dia punya kemampuan, kualitas, kecerdasan yang luar biasa?" ujar Prof Alimatul.



Sedangkan, terkait kepentingan, Prof Alimatul menyoroti dugaan penggunaan kamera untuk memfoto para peserta saat melakukan body checking tanpa busana. Bila benar terjadi, Prof Alimatul menilai hal tersebut sangat berisiko karena foto-foto para peserta menjadi rentan untuk disalahgunakan atau tersebar tanpa izin.



"Banyak sekali kasus kekerasan seksual berbasis elektronik yang salah satunya adalah penyebaran foto-foto tanpa izin. Sehingga menurut saya sih, sebagai upaya pencegahan, lebih baik ya tidak diambil gambarnya," kata Prof Alimatul.



Oleh karena itu, Prof Alimatul menilai prosedur pemeriksaan tubuh tanpa busana sebaiknya ditinjau ulang maksud dan tujuannya. Selain itu, Prof Alimatul menilai kecantikan seorang wanita seharusnya tak hanya bertumpu pada penampilan fisik, seperti kulit yang mulus tanpa noda atau bekas luka.



"Terkadang (standar kecantikan) masih berdasarkan pemahaman-pemahaman mainstream dan tidak banyak mengakomodir keragaman jenis tubuh atau kulit (wanita)," ujar Prof Alimatul. 

Seperti diberitakan sebelumnya, isu ini mulai mendapatkan sorotan warganet saat National Director Miss Universe Indonesia Bali membuat unggahan Instagram Story. Dalam unggahan tersebut, Sally memperlihatkan tangkapan layar berisi percakapan mengenai prosedur body checking yang dilalui oleh peserta.



Pengirim pesan mengungkapkan dia menerima laporan para peserta diminta untuk telanjang saat melakukan prosedur pemeriksaan tubuh. Selain itu, ada pula dugaan bahwa peserta juga difoto saat menjalani pemeriksaan tersebut.

 

Dalam unggahan berbeda yang dibuat oleh salah satu finalis Miss Universe Indonesia (MUID) 2O23, Sheren Simamora, dia mengungkapkan bahwa ada lima orang di dalam ruangan selama proses pengecekan tubuh. Dua di antaranya merupakan laki-laki yang berperan sebagai desainer dan petugas yang membantu memakaikan serta membuka gaun agar tidak rusak.



"Dan kenapa t*l**j*ng? karena habis body check kita fitting evening gown buat final kena sensor atau enggak," tulis Simamora.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement