Senin 07 Aug 2023 21:03 WIB

Festival Hijriah Republika, Sinyal Kebangkitan Kebudayaan Islam

Festival Hijriah Republika menjadi syiar dalam perayaan tahun baru Islam.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ani Nursalikah
Pengunjung menukar tiket untuk masuk ke Festival Hijriah 2023 di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Senin (7/8/2023). Hingga kota ke-8 di Yogyakarta lebih dari 11 ribu pengunjung menghadiri Festival Hijriah 2023, dan kota terakhir di Surabaya akan digelar pada Kamis (10/8/2023) sebagai penutup. Ustaz Wijayanto akan mengisi sesi tausiyah di Yogyakarta. Pada perayaan Tahun Baru Islam 1445 H ini akan dimeriahkan juga oleh pentasan seni muslim dari Xinjiang.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pengunjung menukar tiket untuk masuk ke Festival Hijriah 2023 di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Senin (7/8/2023). Hingga kota ke-8 di Yogyakarta lebih dari 11 ribu pengunjung menghadiri Festival Hijriah 2023, dan kota terakhir di Surabaya akan digelar pada Kamis (10/8/2023) sebagai penutup. Ustaz Wijayanto akan mengisi sesi tausiyah di Yogyakarta. Pada perayaan Tahun Baru Islam 1445 H ini akan dimeriahkan juga oleh pentasan seni muslim dari Xinjiang.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Festival Hijriyah Republika yang digelar di Jogja Expo Center, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dihadiri lebih dari seribu pengunjung, Senin (7/8/2034). Kegiatan ini diharapkan menjadi pertanda kebangkitan kebudayaan Islam.

Hal ini disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY Machasin saat menyampaikan kata sambutan. Kegiatan ini menghadirkan parade seni dan budaya dari Muslim Xinjiang, China.

Baca Juga

Acara ini digelar di sembilan kota di Indonesia. Yogyakarta merupakan kota kedelapan, dan nantinya penutupan digelar di Surabaya pada 10 Agustus 2023.

"Mudah-mudahan ini jadi pertanda kebangkitan kebudayaan Islam dan bersama-sama kebudayan lain," kata Machasin di JEC, Kabupaten Bantul, DIY, Senin (7/8/2023).

Machasin pun mengapresiasi digelarnya kegiatan ini dalam rangka memeriahkan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriyah. Sebab, Festival Hijriah ini juga merupakan pertama kalinya digelar oleh Republika.

"Ini merupakan sebuah awal dari pada kebangkitan kebudayaan Islam yang bersama-sama dengan budaya lain membentuk peradaban baru," ucap Machasin.

Machasin menuturkan, kebudayaan Islam sudah lama hadir di Indonesia. Namun, saat ini kebudayaan Islam sendiri sudah tenggelam oleh kebudayaan lain yang lebih disenangi oleh kaum muda.

Melalui Festival Hijriah yang digelar Republika di sembilan kota, diharapkan dapat membangkitkan kembali kebudayaan Islam di Indonesia. Dihadirkannya seni dan budaya dari Muslim Xinjiang dalam festival ini diharapkan dapat menjadi pilihan, khususnya bagi generasi muda.

"Sudah lama kebudayaan Islam hadir di Indonesia, tapi tenggelam oleh budaya-budaya yang lebih disukai anak-anak muda sesuai dengan keinginan zaman. Dengan adanya festival ini, kita mempunyai pilihan lain tidak hanya pilihan yang bukan berasal dari Islam.

Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nur Hasan Murtiaji mengatakan kegiatan ini menjadi syiar ketika perayaan tahun baru di Indonesia biasanya diadakan di akhir Desember. "Kami berharap acara ini menjadi bagian dari syiar ketika perayaan tahun baru biasanya dirayakan Desember. Kali ini kita membuat arus baru merayakan tahun baru Islam pada bulan Muharram," kata Hasan.

Festival Hijriah Republika ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni bazar UMKM, pertunjukan seni dan budaya Muslim Xinjiang, dan tausiah. Di JEC, tausiyah diisi oleh Ustadz Wijayanto.

"Ini event spesial dan pertama di Indonesia mendatangkan Xinjiang dengan kekayaan kesenian dan budaya yang luar biasa," ucap Hasan.

Hasan menuturkan Xinjiang yang merupakan provinsi di wilayah barat laut China yang sejak lama dikenal sebagai titik bertemunya berbagai kebudayaan dari beragam suku bangsa. Hal ini menjadikan Xinjiang mempunyai budaya, khususnya dalam seni tari yang unik.

Masyarakat Xinjiang dikenal sangat menggemari seni tari dan menyanyi. Di Xinjiang, mudah ditemukan pentas seni tari dan panggung untuk bernyanyi, mulai dari pusat-pusat wisata, pasar tradisional, hingga pemukiman warga. Seni tari dan nyanyi khas Xinjiang telah diakui UNESCO sebagai "Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity" atau Mahakarya Budaya Lisan dan Tak Bendawi untuk Kemanusian.

"Nanti bapak/ibu bisa menyaksikan kekhasan kesenian dan kebudayaan Xinjiang di Festival Hijriah Republika," ujarnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement