Selasa 08 Aug 2023 05:55 WIB

Rusia Tangguhkan Kesepakatan Biji-bijian, Harga Sembako di Somalia Meroket

Ketergantungan negara Afrika akan biji-bijian dari eksternal telah capai 90 persen.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sebanyak 25 negara di Afrika saat ini mengandalkan Rusia dan Ukraina untuk mengisi lebih dari sepertiga gandum impor.
Foto: United Nations via AP
Sebanyak 25 negara di Afrika saat ini mengandalkan Rusia dan Ukraina untuk mengisi lebih dari sepertiga gandum impor.

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Sebanyak 25 negara di Afrika saat ini mengandalkan Rusia dan Ukraina untuk mengisi lebih dari sepertiga gandum impor. Namun, sejak Rusia menangguhkan kesepakatan biji-bijian, negara-negara Afrika kesulitan mendapatkan bahan pokok. Hal itu berdampak pada kenaikan harga di pasar, termasuk di Somalia.

Beberapa negara Afrika memiliki ketergantungan pada sumber eksternal untuk biji-bijian telah melampaui 90 persen. Selama KTT Rusia-Afrika pada 27 Juli, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa negaranya akan menyediakan biji-bijian gratis ke enam negara Afrika dalam tiga hingga empat bulan ke depan.

Baca Juga

"Kami akan siap dalam beberapa bulan mendatang, dalam tiga hingga empat bulan ke depan, untuk menyediakan Burkina Faso, Zimbabwe, Mali, Somalia, Republik Afrika Tengah, dan Eritrea dengan 25 ribu-50 ribu ton biji-bijian gratis. Kami juga akan menyediakan pengiriman gratis produk ini ke konsumen," kata Putin saat pidato pembukaannya di KTT Rusia-Afrika di St Petersburg dikutip dari Anadolu Agency.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sempat menyinggung, bahwa harga biji-bijian naik 15 persen dalam dua minggu setelah penangguhan kesepakatan biji-bijian. Pada saat yang sama, harga turun 23 persen selama implementasi kesepakatan Black Sea Grain Initiative.

Pada 17 Juli, Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam kesepakatan Black Sea Grain Initiative. Keputusan itu diambil karena Rusia merasa bagian dari perjanjian itu tidak dilaksanakan. Moskow mencari pelonggaran pembatasan perbankan dan kemampuan untuk mengirimkan pupuknya sebelum kembali ke perjanjian yang ditengahi oleh Turki dan PBB itu.

Perjanjian tersebut ditandatangani pada Juli 2022 di Istanbul. Perjanjian ini bertujuan untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina yang terhenti karena perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.

Turki mengatakan bahwa negara-negara Barat harus mencoba untuk mengatasi keluhan Rusia dan berharap Rusia kembali ke kesepakatan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement