Selasa 08 Aug 2023 06:53 WIB

Gerak Cepat, Kementan Salurkan 2,3 Ton Pangan untuk Masyarakat Papua Terdampak Kekeringan

Bantuan akan segera dikirim menuju titik lokasi terdampak demi percepat pemulihan.

kekeringan - ilustrasi. Kementan merespons cepat bencana kekeringan akibat cuaca ekstrem di Papua dengan mengirimkan bantuan.
kekeringan - ilustrasi. Kementan merespons cepat bencana kekeringan akibat cuaca ekstrem di Papua dengan mengirimkan bantuan.

REPUBLIKA.CO.ID, PUNCAK PAPUA -- Kementerian Pertanian (Kementan) merespon cepat terkait adanya cuaca ekstrem yang mengakibatkan enam warga Puncak Papua meninggal dunia beberapa hari lalu. Terbaru, Kementan memberikan bantuan pangan sebanyak 2,3 ton berupa beras, minyak goreng, biskuit, mi instan dan juga buah-buahan.

Ketua Tim Terpadu Tanggap Darurat Bencana Kabupaten Puncak, Darwin Tobing, menyampaikan terima kasih atas bantuan pemerintah pusat dalam hal ini jajaran Kementan yang secara cepat mengirim bantuan pangan terhadap masyarakat terdampak cuaca ektrem di Puncak Papua.

Baca Juga

"Kami sampaikan terima kasih karena Kementan memberi bantuan terhadap masyarakat terdampak cuaca ektrem secara cepat. Saya kira ini sangat bermanfaat untuk masyarakat di tiga distrik yang terdampak yaitu Agandugume, Lambewi dan Oneri," ujar Darwin di Posko Tanggap Darurat Bencana Kabupaten Puncak, Jalan Haetubun Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Senin (7/8/2023).

Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Papua, Martina Lestari mengatakan bantuan pangan ini merupakan instruksi dan perintah langsung Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) yang menginginkan kondisi Puncak Papua segera pulih pascacuaca ekstrem.

Menurut Martina, semua bantuan akan segera dikirim menuju titik lokasi terdampak, yaitu Distrik Agandugume di Puncak Papua. Dia berharap, bantuan ini bisa meringankan beban masyarakat setempat dan mempercepat pemulihan dari krisis cuaca yang ada.

"Pak Menteri (SYL) langsung meminta kami bergerak membantu masyarakat yang tengah kesulitan. Semoga ini menjadi awal bangkitnya masyarakat setempat dalam menghadapi krisis cuaca ini," katanya dalam siaran pers.

Sebelumnya, Wakil Presiden Maruf Amin menegaskan bahwa meninggalnya enam orang di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah dipastikan karena terjangkit diare. Kepastian ini sekaligus meluruskan disinformasi pejabat kemensos yang menyebut penyebab kematian akibat kelaparan.

"Bukan kelaparan, tetapi diare dan karena cuaca," ujar Wapres usai memimpin rapat di kediamannya, Jalan Diponegoro, Jakarta, Rabu (2/8/2023) lalu.

Wapres mengatakan, memang ada cuaca ekstrem atau El Nino di wilayah puncak yang mengakibatkan pertanian terganggu. Tapi, dia menegaskan masalah kematian yang menimpa enam orang itu bukan karena kekurangan pangan alias kelaparan.

"Terjadi kekeringan di sana dan cuaca ekstrem," katanya.

Senada, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) juga memastikan kematian enam jiwa warga puncak jaya itu karena diare. Berdasarkan penelusuranya, mereka sempat muntah pada waktu siang hari hingga 20 kali. Malamnya dehidrasi dan selanjutnya diare sebelum ditemukan meninggal dunia.

"Laporan yang saya terima di hari pertama dia muntah siangnya 10-20 kali, malamnya diare. Dehidrasi. Itu yang saya tahu," jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement