REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara di Jakarta semakin parah. Hal ini membuat banyak orang menyuarakan keluh-kesah mengenai kondisi tersebut.
Polusi udara tentu saja berdampak buruk pada kesehatan. Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kesehatan anak adalah dengan mengurangi polusi udara, menurut meta-analisis dari 45 studi yang mengeksplorasi hubungan antara polusi udara dan stunting.
Para peneliti dari Vital Strategies menemukan bahwa polusi udara secara signifikan meningkatkan risiko stunting pada anak-anak. Risikonya dimulai sejak dalam kandungan, saat ibu menghirup partikel halus, dan berlanjut sepanjang masa kanak-kanak mereka.
Stunting adalah kondisi ketika seorang anak tidak dapat mencapai potensi fisik dan kognitif penuhnya karena faktor eksternal seperti gizi buruk, dan itu ditentukan pada usia 5 tahun. Polusi udara rumah tangga, khususnya, telah dikaitkan dengan efek berbahaya seperti pengerdilan, menurut laporan tersebut.
"Dampak polusi udara pada stunting mirip dengan polusi udara pada hasil kesehatan lainnya," ujar Vivian Pun, ahli epidemiologi di Divisi Kesehatan Lingkungan Vital Strategies dan salah satu penulis laporan tersebut, seperti dilansir Global Citizen, Selasa (8/8/2023).
Menurut Vivian, tidak ada ambang batas yang membuat polusi udara tidak akan berdampak. Penanganan polusi sangat penting karena memiliki implikasi besar pada kesehatan masa kanak-kanak dalam jangka pendek dan ada juga implikasi jangka panjang hingga masa remaja dan dewasa.
"Itu tidak hanya berdampak pada tinggi badan dan perkembangan fisik, tetapi juga perkembangan kognitif dan sosioemosional," katanya.
Hanya sekitar 10 persen orang di seluruh dunia yang menghirup udara yang aman. Populasi lainnya menghirup tingkat partikel halus dan asap beracun yang terus membahayakan kesehatan mereka.
Faktanya, polusi udara adalah faktor risiko kematian nomor lima di dunia. Hampir sembilan juta orang meninggal sebelum waktunya setiap tahun.