REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Kesehatan Kota Surabaya terus berupaya menurunkan angka obesitas pada masyarakat. Hal ini mengingat ada ratusan ribu orang masuk kategori berisiko kelebihan berat badan, sehingga lebih berpotensi terkena gangguan kesehatan.
Dinas Kesehatan mencatat hingga Juni 2023 sebanyak 153.476 orang di Kota Surabaya berisiko terkena gangguan kesehatan karena faktor kelebihan berat badan. Sementara sepanjang 2022 tercatat 259.436 orang berisiko mengalami obesitas.
Tak hanya orang tua, anak-anak juga memiliki potensi atau rentan mengalami obesitas. Rentang usia masyarakat terkena obesitas, yakni antara umur 15 tahun sampai 59 tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina menyatakan obesitas bisa muncul karena seseorang memiliki gaya hidup kurang baik, seperti mengonsumsi alkohol yang bisa memunculkan asupan glukosa berlebih, dan konsumsi makan siap saji yang berlebihan, maupun tinggi lemak serta gula.
Faktor lainnya karena sendentary life style, yakni kebiasaan seseorang sukar melakukan aktivitas fisik. Obesitas pun bisa muncul bagi mereka yang punya rutinitas pekerjaan minim gerak, seperti terlalu lama duduk di depan layar komputer dan malas berolahraga.
Obesitas juga bisa muncul karena adanya faktor riwayat keluarga atau garis keturunan dengan obesitas. Karena itu, pola atau gaya hidup harus diubah, terlebih bagi mereka yang sudah memiliki riwayat obesitas, sehingga kerentanan mengalami kelebihan berat bisa diminimalkan.
Satu kasus obesitas di Surabaya muncul pada awal Agustus 2023, yaitu warga asal Kelurahan Kapas Madya Baru, Kecamatan Tambaksari, yang dievakuasi oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Pria berinisial S harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gangguan kesehatan terkait berat badan. S juga memiliki catatan riwayat kesehatan penyakit darah tinggi, lambung, dan kolesterol.
Keterangan dari BPBD Kota Surabaya yang didapatkan dari keluarga korban diketahui bahwa pria itu sempat mengalami gejala sesak napas saat bangun tidur. Kemudian S tidak sadarkan diri.
Petugas dari Tim Gerak Cepat (TGC) Pemkot Surabaya akhirnya datang ke lokasi setelah mendapatkan laporan dari keluarga S. Pria tersebut segera dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo untuk ditangani intensif oleh tim dokter, demi menyelamatkan nyawanya.
Setelah dievakuasi, Dinkes juga turut memantau perkembangan kondisi kesehatan S, termasuk memastikan pola asupan gizi dan konsumsi obat diminum secara teratur, agar kejadian serupa juga tidak terjadi lagi pada korban.
Dinkes pun berupaya agar angka tahun ini tidak sampai melebihi risiko obesitas yang terjadi pada tahun lalu. Beragam upaya ditempuh agar angka tersebut tidak 'membengkak'.
Seperti melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan atau sosialisasi tentang pola hidup sehat dan imbauan pemeriksaan kesehatan melalui pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), penguatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), serta edukasi keseimbangan pola makan.