REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Salah seorang menteri pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jengkel kepada AS. Penyebabnya, AS menggunakan istilah yang jarang dipakai yaitu ‘serangan teror’ untuk mengecam pembunuhan warga Palestina oleh pemukim Yahudi.
Polisi Israel menahan dua pemukum Yahudi atas pembunuhan terhadap pemuda 19 tahun pada Jumat (4/8/2023) dekat Desa Burqa.’’Kami mengecam keras serangan teror oleh pemukim ekstremis Israel kemarin,’’ kata Departemen Luar Negeri AS, Sabtu tengah malam.
Ini pertama kalinya AS menggunakan istilah tersebut dalam konteks kekerasan yang dilakukan pemukim Yahudi. Ini bahasa tajam yang dilontarkan Washington yang menunjukkan rasa frustrasi terkait kekerasan di Tepi Barat di bawah pemerintahan sayap kanan.
Namun Israel menolak istilah itu.‘’Saya tak memandang definisi AS itu sebagai definisi profesional. Ujung-ujungnya, mereka tak mendasarkan pernyataan pada laporan intelijen melainkan media,’’ kata Menteri Pertanian Israel Avi Ditcher, Selasa (8/8/2023).
Menurut Ditcher yang juga mantan kepala kontra terorisme di lembaga keamanan Israel, Shin Bet semua akhirnya mengacu pada laporan media, segala hal yang dianggap benar dan salah, tendensius atau lainnya.
Polisi Israel menahan dua pemukim Yahudi pada insiden Jumat (4/8/2023) dekat Desa Burqa. Menurut warga Palestina, mereka bagian dari kelompok pemukim yang melemparkan batu, membakar mobil, dan saat berhadapan dengan warga desa menembak seorang remaja.
Pemuda 19 tahun itu meninggal akibat tembakan tersebut. Para pemukim juga menyebabkan sejumlah orang lainnya terluka. Temuan awal militer Israel menyebutkan, insiden itu merupakan konfrontasi yang tereskalasi disertai jatuhnya korban di kedua belah pihak.
Kabinet Netanyahu menyatakan pelaku kekerasan yang menyebabkan kematian di Desa Burqa masih belum jelas.