Rabu 09 Aug 2023 12:14 WIB

Suporter Persis-Persib Bentrok, Panpel: Berawal dari Saling Ejek

Jumlah suporter yang datang diperkirakan sekitar 300 hingga 400 orang.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Fernan Rahadi
Pesepak bola Persis Solo Moussa Sidibe (tengah) berebut bola dengan dua pesepak bola Persib Bandung Beckham Putra Nugraha (kanan) dan Moh. Edo Febriansah (kiri) pada pertandingan BRI Liga I di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (8/8/2023). Persis Solo menang atas Persib Bandung dengan skor 2-1.
Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Pesepak bola Persis Solo Moussa Sidibe (tengah) berebut bola dengan dua pesepak bola Persib Bandung Beckham Putra Nugraha (kanan) dan Moh. Edo Febriansah (kiri) pada pertandingan BRI Liga I di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (8/8/2023). Persis Solo menang atas Persib Bandung dengan skor 2-1.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Laga kandang Persis Solo melawan Persib Bandung sempat diwarnai gesekan antara kedua suporter sehingga memaksa steward dan kepolisian mengondisikan situasi. Kejadian berlangsung di bagian tribun utara di mana suporter tim tamu datang tanpa menggunakan atribut. 

Ketua Panitia Penyelenggara (Panpel) Pertandingan Ginda Ferachtriawan membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan, kejadian dimulai karena saling lempar ejekan dan minuman yang dibungkus plastik.

"Tapi, kita bisa sampaikan. Steward, kepolisian langsung turun tangan. Kita pisahkan, kita minta mundur. Duduk kembali, supaya tidak provokatif," katanya, Rabu (9/8/2023). 

Ginda menyebutkan, jumlah suporter yang datang tadi malam diperkirakan sekitar 300 hingga 400 orang. Namun, pada dasarnya suporter tamu memang tidak diperbolehkan datang. 

"Perkiraan kita mungkin 300-400-an ada. Terus terang kita tidak bisa menghitung jumlahnya. Karena memang yang tahu penjualan tiketnya itu tim ticketing," katanya Ginda. 

Selain itu, Ginda menyebutkan bahwa siapa pun sebenarnya bisa membeli tiket. Meskipun pihaknya dan manajemen Persis Solo terus berusaha mengantisipasi.  

"Tiketnya acak. Sebagian besar di sayap utara. Sebagian tiket juga kita foto. Mengingat gelang tiket bisa kita lacak. Sebenarnya siapa yang menjual. Ini biar jadi bahan evaluasi tim ticketing. Jadi, ketahuan siapa yang menjual. Apakah itu elemen suporter, apakah dia titip, atau dia beli di store," katanya.

"Infonya mereka ada yang naik bus, ada yang naik mobil, ada yang naik kereta. Tapi, kalau melihat bahasanya, banyak yang menggunakan bahasa asal. Jadi, kita bisa tahu, tampaknya bukan orang Jawa Tengah, tapi Jawa Barat," ujarnya menambahkan.

Berkaca dari kejadian tersebut Ginda meminta solusi kepada operator liga alias PT. Liga Indonesia Baru (LIB). "Panpel harap ada solusi yang jelas. Karena terlihat tadi tidak ada atribut. Tapi masih ada nyanyian. Masih ada ejekan. Panpel harus melakukan apa? ini yang nanti kita mintakan solusi," katanya mengakhiri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement