Rabu 09 Aug 2023 14:28 WIB

Puncak Kemarau, Kawanan Kera Liar Rusak Lahan Pertanian di Kabupaten Semarang

Koloni kera liar yang jumlahnya banyak akan cepat merusak berbagai tanaman.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Warga Kabupaten Semarang menghalau kawanan kera liar di area lahan pertanian petani setempat (ilustrasi)
Foto: Republika/bowo pribadi
Warga Kabupaten Semarang menghalau kawanan kera liar di area lahan pertanian petani setempat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pada puncak musim kemarau seperti sekarang ini, petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tidak hanya menghadapi persoalan terbatasnya ketersediaan air bagi lahan pertanian mereka.

Di sejumlah tempat, para petani juga menghadapi persoalan hama pengganggu tanaman, berupa kawanan kera liar yang dalam beberapa pekan terakhir mulai terlihat mendekati lahan pertanian dan mulai merusak tanaman.

“Kami sudah beberapa kali menerima laporan dari sejumlah kelompok tani terkait gangguan (hama) kera liar ini,” ungkap Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Sugeng Riyono, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (9/8).

Ia mengungkapkan, para petani di sejumlah wilayah sudah beberapa kali menyampaikan, bahwa koloni kera ekor panjang mulai terlihat keluar dari hutan dan mendekati lahan pertanian milik warga.

Dimungkinkan, sumber-sumber makanan kera liar di habitatnya sudah semakin berkurang akibat cuaca yang cukup terik akhir-akhir ini. Di beberapa desa juga melaporkan kera-kera liar tersebut juga sudah mengganggu tanaman milik petani.

“Seperti kera liar di Gunung Telomoyo yang turun dan mendekati lahan pertanian di wilayah Desa Sepakung, demikian juga kera liar dari hutan Gunung Ungaran yang mulai turun ke Desa Duren, Kecamatan Bandungan,” jelasnya.

Selain itu, masih kata Sugeng, juga di Desa Mbanding dan Desa Truko di wilayah Kecamatan Bringin. Sehingga, selain menghadapi persoalan keterbatasan air bagi kebutuhan pertanian, para petani kini juga menghadapi masalah baru.

Yakni dengan banyaknya primata liar yang mendekati dan mulai memasuki lahan pertanian dan mengganggu tanaman pertanian milik warga. Karena koloni kera liar yang jumlahnya banyak akan cepat merusak berbagai tanaman dan mengancam sejumlah komoditas hortikultra.

“Tidak hanya sayuran seperti tomat, kacang-kacangan, bahkan buah alpukat yang masih muda pun jadi sasaran kera-kera liar yang sepertinya juga kelaparan ini,” ungkap dia.

Ihwal ini juga disampaikan oleh Kepala Desa (Kades) Sepakung, Amat Nuri. Ia mengungkapkan, kawanan kera liar sudah kerap dipergoki para petani di desanya. Bahkan beberapa warga juga sudah melaporkan kerusakan tanaman pertaniannya.

Menurutnya, kawanan kera liar ini sudah terlihat di lahan-lahan pertanian hampir di setiap dusun di desa yang berada di lereng Gunung Telomoyo ini. “Warga kami memang sudah banyak yang melaporkan, walaupun masih secara lisan,” ungkap dia.

Sejauh ini, kata Amat Nuri, upaya para petani untuk mengantisipasi agar tidak menderita kerugian yang lebih besar adalah menjaga lahan pertanian mereka dari gangguan kawanan kera liar.

Terkait kondisi itu, lanjutnya, Pemerintah Desa (Pemdes) Sepakung akan kembali menyampaikan permohonan pengurangan populasi kera liar kepada BKSDA. “Karena populasi kera liar di Gunung Telomoyo yang dekat dengan Desa Sepakung ini cukup banyak,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement