Rabu 09 Aug 2023 16:15 WIB

Menko PMK Muhadjir Tegaskan 6 Warga Papua Tengah Meninggal karena Kelaparan

Muhadjir sempat marah karena penyebab kematian karena diare bukan kelaparan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Karta Raharja Ucu
Menko PMK Prof Muhadjir Effendy. Muhadjir menegaskan enam warga Papua Tengah meninggal karena kelaparan.
Foto: Republika.co.id
Menko PMK Prof Muhadjir Effendy. Muhadjir menegaskan enam warga Papua Tengah meninggal karena kelaparan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Prof Muhadjir Effendy menegaskan enam warga di Kabupaten Puncak, Papua Tengah meninggal karena kelaparan. Muhadjir mengaku sempat marah karena penyebab enam warga yang meninggal karena diare.

"Bener meninggalnya diare. Kan nggak ada visum dokter meninggal kelaparan nggak ada. Ya diare itu karena kelaparan," kata Muhadjir dalam sambutan penutup di acara Seminar Nasional Transformasi Peradaban Bahari Menuju Indonesia Emas 2045 di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Kebudayaan (PMK) di Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Baca Juga

Hasil visum dari enam warga yang meninggal disebut akibat diare karena bencana kekeringan yang memicu kelaparan di wilayah tersebut. "Saya agak marah kemaren di sana, diplintir, masak ada ini bukan karena kelaparan tapi diare, iya diarenya karena laper. Kan nggak ada dokter diagnosis mati karena kelaparan. Sebabnya diare karena bakteri mematikan itu," ujar Muhadjir.

Muhadjir menjelaskan, adanya cuaca ekstrem berupa kabut es membuat umbi-umbian yang merupakan makanan pokok masyarakat di sana membusuk. Hal ini membuat masyarakat tidak memiliki bahan bahan makanan lain selain umbi-umbian tersebut dan menjadi penyebab masyarakat mengalami diare.

"Umbi busuk semua. Nah itu kalau dimakan itu terus jadi diare itu. Sampai meninggal. Makanya bener meninggalnya diare," ujarnya.

Karena itu, Pemerintah menilai perlunya mencari varietas umbi-umbian yang tahan terhadap cuaca ekstrem di Papua Tengah. Hal ini untuk mengantisipasi adanya kelaparan di wilayah tersebut di masa mendatang.

"Saya sudah meminta IPB untuk mengkaji kira-kira umbian apa yang bisa ganti umbi di sana. Karena musimnya sudah dipastikan nanti menjelang Juli atau awal pertengahan Juni ada hujan es. Nanti kalau setelah hujan es itu kemudian ada kabut es, kabut es ini nggak tahu karakternya apa itu yang membikin umbi-umbian busuk, makanan pokok maka umbi bukan padi," ujarnya.

Bantuan logistik sudah dikirim....

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement