REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (Core) menilai, wacana Indonesia yang masuk anggota koalisi ekonomi Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan atau BRICS dapat meningkatkan kinerja ekspor. Hal ini mengingat lima anggota negara yang bergabung BRICS merupakan negara emerging market.
Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, dari sisi keuntungan bergabungnya Indonesia dengan lima negara yang sebelumnya sudah tergabung dalam BRICS mampu berpotensi meningkatkan hubungan kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara tersebut.
“Apalagi kita tahu lima negara tersebut merupakan negara emerging market yang punya pasar cukup besar. Sehingga, dalam konteks mendorong kinerja ekspor saya pikir ini merupakan peluang yang cukup baik bagi Indonesia,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Rabu (9/8/2023).
Namun, menurutnya, saat yang bersamaan tantangan Indonesia bergabung dengan kelompok negara ini adalah bagaimana Indonesia tetap mempertahankan politik bebas luar negeri yang adil.
“Maka posisi Indonesia tidak kemudian dipandang sebagai langkah politik luar negeri yang mengarah ke arah politik tertentu. Misalnya, Indonesia yang dianggap lebih cenderung meningkatkan kerja sama dengan China dan tentu ini jika dilihat dari kaca mata Amerika Serikat bukanlah sesuatu yang begitu baik dari konteks politik luar negeri tersebut,” ucapnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah tak memberi jawaban pasti. “Akan disampaikan pada waktunya,” ujarnya ketika ditanya tentang kemungkinan Indonesia bergabung dengan BRICS, Selasa (1/8/2023).