Kamis 10 Aug 2023 05:23 WIB

Cina Tuduh AS Kompori Isu Laut Cina Selatan

Cina soroti AS yang mendorong Filipina memicu konflik di Laut Cina Selatan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok, di depan, diduga memblokir jalur kapal Penjaga Pantai Filipina di dekat Beting Thomas Kedua yang diduduki Filipina, Laut Cina Selatan selama misi pasokan ulang pada hari Sabtu, 5 Agustus 2023.
Foto: Philippine Coast Guard via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok, di depan, diduga memblokir jalur kapal Penjaga Pantai Filipina di dekat Beting Thomas Kedua yang diduduki Filipina, Laut Cina Selatan selama misi pasokan ulang pada hari Sabtu, 5 Agustus 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina kembali meminta Filipina untuk menarik kapal perang dari area yang disengketakan Laut Cina Selatan pada Selasa (8/8/2023). Beijing pun menyoroti Washington sebagai sosok yang mendorong Manila melakukan tindakan yang terus memicu konflik di area tersebut.

Kedutaan Besar Cina di Filipina mengkritik Amerika Serikat (AS) karena mengumpulkan sekutunya untuk terus membesar-besarkan masalah Laut Cina Selatan dan insiden kapal. "Laut Cina Selatan bukan 'taman safari' bagi negara-negara di luar kawasan untuk membuat kerusakan dan menabur perselisihan," kata kedutaan dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Ketegangan meningkat antara kedua tetangga di Laut Cina Selatan di bawah pemerintahan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. Filipina kini beralih kembali ke Amerika Serikat (AS), sebagai pendukung dalam sengketa maritimnya dengan Cina.

Second Thomas Shoal, yang terletak di zona ekonomi eksklusif Filipina, adalah rumah bagi segelintir pasukan yang tinggal di kapal bekas kapal perang Sierra Madre. Manila sengaja mengandangkan kapal tersebut pada 1999 untuk memperkuat klaim kedaulatannya.

Filipina juga telah berkali-kali menuduh penjaga pantai Cina memblokir misi pasokan pasukannya di Second Thomas Shoal, seperti yang terjadi pada 5 Agustus ketika Cina menyemprot kapal Filipina dengan meriam air. Cina menyatakan pendudukan Filipina di area itu ilegal.

Militer Filipina menggambarkan tindakan penjaga pantai Cina pada sebagai tindakan berlebihan dan ofensif. Cina mengatakan, insiden itu adalah peringatan dan telah melakukan pengekangan rasional setiap saat.

Kementerian Pertahanan Cina mendesak negara Asia Tenggara itu untuk menghentikan semua tindakan provokatif. Beijing berjanji untuk terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan hak maritim.

Cina mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut Cina Selatan, yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif Malaysia, Vietnam, Brunei, Taiwan, dan Filipina. Jepang dan Prancis melalui kedutaan masing-masing di Manila telah menyatakan keprihatinan atas tindakan Cina baru-baru ini. Mereka mengulangi dukungan untuk putusan arbitrase 2016 yang membatalkan klaim luas Beijing di Laut Cina Selatan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement