REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, terus melakukan komunikasi dengan para peserta World Scout Jamboree atau Jambore Pramuka Dunia 2023 asal Kota Bogor, yang saat ini berada di Korea Selatan (Korsel). Dari laporan yang diterimanya, 16 peserta dan dua orang pembina asal Kota Bogor dalam kondisi sehat.
“Tadi kita mencoba komumikasi dengan perwakilan delegasi Kwarcab kota Bogor dalam kegiatan jambore internasional di Korea. Alhamdulillah, 16 orang anggota kontingan dari kota Bogor semuanya dalam kondisi sehat. Sudah dievakuasi dari lokasi awal ke kota Seoul,” kata Dedie, Rabu (9/8/2023).
Dedie menyebutkan, Jambore Pramuka Dunia 2023 seharusnya digelar di Saemangeum, Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan pada 1-12 Agustus 2023. Namun, lokasi kegiatan terpaksa dipindahkan usai Badan Meteorologi Korea mengungkapkan potensi topan Khanun akan datang melalui Busan pada Kamis (10/8/2023).
“Memang ada dua peristiwa alam yang cukup menjadi perhatian buat kita. Pertama adalah gelombang panas yang terjadi dua hari yang lalu, setelah itu kita mendapat kabar akan terjadi topan Khanun,” jelasnya.
Dia mengatakan, koordinasi terus dilakukan untuk mengantisipasi para delegasi Pramuka Kota Bogor yang saat ini berada di Korea Selatan luput dari perhatian. Berdasarkan hasil koordinasi antara Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dengan organisasi komite dan penanggung jawab dari Kwarnas, semua peserta dalam kondisi aman dan saat ini berada di lokasi baru sejak Selasa (8/8/2023).
Meskipun pindah, Dedie memastikan, kontingen Indonesia masih mendapat konsumsi sesuai jadwal. “Insya Allah penutupan akan dilaksanakan sesuai jadwal pada tanggal 11 Agustus 2023. Semua aman, nanti kita akan monitor lagi,” ucapnya.
Di samping itu, menurutnya, kontingen Pramuka Indonesia terbilang tangguh. Peserta yang diberangkatkan merupakan pramuka penggalang yang sudah dibekali dengan berbagai keterampilan.
Bukan semata memiliki kemampuan ekonomi dan biaya saja. Menurut Dedie, anggota pramuka harus bisa menghadapai berbagai tantangan di lapangan.
“Buktinya Alhamdulillah kalau dilihat dari berita mungkin dari negara-negara Eropa, dan Amerika yang cuacanya sub tropis menghadapi cuaca panas sampai 40 derajat mungkin kaget. Tapi, mungkin orang-orang Indonesia sudah terbiasa,” ujarnya.