REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Calon Presiden Ekuador, Fernando Villavicencio ditembak mati pada Rabu (9/8/2023) ketika sedang kampanye di ibu kota. Video yang beredar di media sosial memperlihatkan Villavicencio berjalan keluar dari acara kampanye dengan dikelilingi oleh penjaga. Video itu kemudian memperlihatkan Villavicencio masuk ke truk pikap putih sebelum terdengar suara tembakan, diikuti dengan jeritan dan keributan di sekitar truk.
Penasihat kampanye Villavicencio Patricio Zuquilanda mengkonfirmasi kronologi penembakan tersebut. Zuquilanda mengatakan, kandidat tersebut telah menerima setidaknya tiga ancaman pembunuhan sebelum terjadi penembakan. Ancaman ini telah dilaporkan kepada pihak berwenang dan satu orang telah ditahan. Zuquilanda meminta otoritas internasional untuk mengambil tindakan terhadap kekerasan, di tengah meningkatnya kekerasan dan perdagangan narkoba.
“Rakyat Ekuador menangis dan Ekuador terluka parah. Politik tidak dapat menyebabkan kematian anggota masyarakat mana pun," ujar Zuquilanda.
Pihak berwenang mengkonfirmasi bahwa setidaknya sembilan orang lainnya terluka, termasuk seorang perwira dan seorang calon kongres. Mereka menggambarkan insiden itu sebagai aksi teroris dan berjanji untuk menuntaskan pembunuhan tersebut.
Pembunuhan itu memunculkan gelombang protes dari kandidat lain yang menuntut tindakan tegas aparat. Kandidat presiden dari Partai Revolusi Warga, Luisa Gonzalez mendesak penyelidikan menyeluruh.
"Ketika mereka menyentuh salah satu dari kita, mereka menyentuh kita semuanya," ujar Gonzales.
Kantor jaksa agung Ekuador mengatakan, seorang tersangka pembunuhan Villavicencio meninggal karena luka-luka setelah ditangkap oleh pihak berwenang.