REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden kelompok Turki-Muslim IGMG, Kemal Ergun, mengatakan masjid-masjid di seluruh Jerman menghadapi peningkatan vandalisme, pelecehan dan ancaman. Menurutnya dalam beberapa pekan terakhir, ada banyak masjid telah menerima surat ancaman yang ditandatangani dengan "NSU 2.0." alias neo-Nazi
“Kami tidak akan takut, kami tidak akan diintimidasi oleh ancaman seperti itu. Tapi yang mengecewakan adalah sebagian besar upaya pembakaran masjid, yang bisa merenggut banyak nyawa, pelakunya tidak teridentifikasi atau ditangkap,” kata Ergun, dilansir dari Middle East Monitor pada Kamis (10/8/2023).
"NSU 2.0" mengacu pada National Socialist Underground, sebuah kelompok teror neo-Nazi yang ditemukan pada tahun 2011 yang membunuh 10 orang dan melakukan serangan bom yang menargetkan imigran Turki dan Muslim.
Menurut statistik resmi, ada 124 serangan terhadap umat Islam dalam tiga bulan pertama tahun 2023, termasuk serangan verbal dan fisik, surat ancaman, dan serangan pembakaran yang menargetkan masjid.
Ergun telah meminta pihak berwenang untuk menyelidiki secara menyeluruh kejahatan semacam itu dan membawa pelakunya ke pengadilan. Dia juga menyerukan sikap yang lebih kuat terhadap kebencian anti-Muslim dan ekstremisme sayap kanan.
"Sayangnya, rasisme adalah kenyataan di Jerman. Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa partai politik rasis dan fasis (AfD) telah menjadi partai terbesar kedua di negara ini. Ini saja menunjukkan bahwa kita sedang menuju periode berbahaya," ungkapnya.
Sebuah jajak pendapat baru minggu lalu menempatkan partai anti-imigran Alternatif untuk Jerman (AfD) di tempat kedua, di depan Sosial Demokrat Kanselir Olaf Scholz.
Ketua Dewan Islam untuk Republik Federal Jerman, Burhan Kesici mengatakan kepada Anadolu bahwa politisi dari partai demokrasi harus menentang populisme sayap kanan dan melawan pesan Islamofobia mereka.
"Kami berharap dari otoritas politik untuk memberikan dukungan mereka kepada komunitas Muslim. Mereka harus menggarisbawahi dalam pidato publik mereka bahwa Muslim adalah bagian dari negara ini, dan mereka bukan ancaman bagi masyarakat kita," katanya.
Kesici juga mengusulkan langkah-langkah keamanan yang lebih kuat oleh polisi untuk melindungi masjid dan lembaga Islam.
Dalam beberapa tahun terakhir, Jerman telah menyaksikan peningkatan rasisme dan Islamofobia, yang dipicu oleh propaganda kelompok neo-Nazi dan sayap kanan AfD, yang mengeksploitasi krisis pengungsi dan berusaha menanamkan rasa takut pada imigran.
Menurut data terbaru, polisi mencatat setidaknya 610 kejahatan rasial Islamofobia pada tahun 2022 di seluruh negeri.
Sekitar 62 masjid diserang antara Januari dan Desember tahun lalu, dan sedikitnya 39 orang terluka karena kekerasan anti-Muslim.
Dengan populasi lebih dari 84 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Di antara hampir 5,3 juta Muslim di negara itu, 3 juta berasal dari Turki.
Sumber:
https://www.middleeastmonitor.com/20230809-germanys-muslim-community-anxious-over-threats-to-mosques/