Kamis 10 Aug 2023 15:45 WIB

Demokrat Kritisi Nama Yenny Wahid di Bursa Cawapres Anies

Yenny Wahid dinilai tidak cocok dengan koalisi perubahan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Respon Yenny Wahid setelah dipasangkan dengan Anies Baswedan, Senin (16/1/2023).
Foto: Alfian/Republika
Respon Yenny Wahid setelah dipasangkan dengan Anies Baswedan, Senin (16/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Yenny Wahid belakangan masuk dalam bursa cawapres Anies Baswedan. Namun, Wasekjen Partai Demokrat, Jansen Sitindaon mengatakan, putri (alm) Presiden Gus Dur itu tidak pas berada di Koalisi Perubahan.

Ia berpendapat, Yenny Wahid merupakan sosok yang bagus, bahkan lengkap sekali dengan segala atribusi yang melekat dalam dirinya. Namun, Jansen merasa, sosok Yenny tidak tepat menjadi cawapres di Koalisi Perubahan. 

Baca Juga

"Namun, untuk posisi wapres di Koalisi Perubahan, buat saya beliau tidak pas, tidak cocok, mungkin cocoknya di koalisi yang lain," kata Jansen, Kamis (10/8).

Meski begitu, ia menekankan, pandangan itu bukan hanya terkait masuknya nama Yenny Wahid dalam bursa cawapres Anies. Tapi, sifatnya umum untuk semua yang berminat mengisi posisi cawapres di Koalisi Perubahan.

Menurutnya, cawapres Koalisi Perubahan memang sosok yang selama ini merepresentasikan semangat itu. Sehingga, koalisi semakin kuat posisi dan branding-nya di rakyat yang ingin perubahan. Pemilih akan bingung jika KPP mencalonkan tokoh yang bukan perubahan. "Apalagi, dia tokoh status quo atau bagian dari rezim ini, baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini," ujar Jansen.

Ia berpendapat, Presiden Jokowi mungkin tidak akan suka akan itu. Apalagi, jika mereka yang selama ini ikut menikmati rezim malah tiba-tiba tampil mau mengkritik dan pindah ke barisan perubahan.

Sehingga, lanjut Jansen, ini sebenarnya untuk kebaikan bersama. Biar teman-teman yang selama ini berada dan ikut di rezim ini mendukung lanjutkan. Sebaliknya mereka yang berada di luar mengusung semangat perubahan.

"Biar nanti rakyat yang menentukan di pemilu siapa yang menang dan mendapat dukungan terbanyak," kata Jansen.

Ia mengaku paham kondisi yang jadi perhatian saat ini soal pengisian posisi cawapres. Mengingat cuma ini yang kosong dan Koalisi Perubahan sejauh ini sudah cukup syarat berlayar di pilpres dengan 20 persen.

Wajar, Jansen melihat, banyak peminat dari luar sana yang merasa pantas dan ingin mengisi posisi itu. Karenanya, ia turut menyampaikan pesan bagi peminat yang selama ini tidak merepresentasikan perubahan.

Apalagi, jadi bagian dan ikut menikmati rezim ini diharapkan mencari koalisi lain saja jika mau menjadi cawapres.

Jansen sendiri mengaku akan menentang mereka, minimal dalam rapat-rapat internal Partai Demokrat. "Apakah pendapat saya itu akan menang atau kalah tidak terlalu penting buat saya. Penting saya akan bersuara menentang dan menolak anda yang tidak merepresentasikan perubahan, namun ingin jadi cawapres di koalisi ini," ujar Jansen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement