REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Festival Hijriah Republika hadir di Jatim Expo Convention and Exhibition, Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Kamis (10/8/2023). Setelah sukses digelar di delapan kota di Pulau Jawa sebelumnya, acara ini akhirnya ditutup di Surabaya pada 10 Agustus 2023 malam nanti.
Festival Hijriah di Surabaya mendatangkan Habib Ja'far untuk memberikan tausiyahnya. Acara ini turut menampilkan parade seni dan budaya dari Muslim Xinjiang serta bazar UMKM.
Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nur Hasan Murtiaji mengatakan, Festival Hijriah digelar sebagai momentum untuk mengingat perjalanan waktu dan peradaban umat Islam. Selain menampilkan tausiyah dari para ustaz, Festival Hijriah dimeriahkan dengan pertunjukan seni budaya Muslim Xinjiang dan bazar UMKM.
"Untuk memeriahkan kita menghadirkan pertunjukan yang mungkin bisa membuka perspektif lain, yaitu pertunjukan seni budaya Muslim Xinjiang. Ini perlu kita hadirkan karena selama ini orang banyak berbicara tentang Muslim Xinjiang dengan segala macam perspektifnya. Kita coba mengangkat perspektif yang lain, yaitu dari seni dan budaya dan mudah-mudahan ini sekaligus menjadi pintu dialog antara kita dengan Muslim Xinjiang untuk bisa saling silaturahmi dan tukar informasi," kata pria disapa Hasan tersebut.
Sementara itu, Ketua Panitia Festival Hijriah Republika Bayu Hermawan menambahkan, akan ada 30 stan UMKM yang mengikuti kegiatan Bazaar festival kali ini. Puluhan UMKM ini berasal dari anggota Kadin, pelaku usaha secara umum, kelompok disabilitas, dan sebagainya. Mereka akan menyajikan berbagai macam jenis makanan, kerajinan tangan dan lain-lain.
Adapun jumlah pengunjung Festival Hijriah Republika di Surabaya dibatasi hanya sekitar 2.500 orang. Ribuan pengunjung tersebut berasal dari pendaftaran daring dan luring.
"Untuk yang daftar online, kami sudah sampai 4.000 orang. Itu sudah seminggu lalu ditutup dan kami hanya ambil 50 persen dari pendaftar online. Sisanya kuota untuk yang daftar on the spot," jelasnya.
Seperti diketahui, Republika menggelar Festival Hijriah yang bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok (KIKT). Acara ini digelar di sembilan kota di Indonesia, yang mana acara di Surabaya digelar pada Kamis (10/8/2023) di Jatim Expo Convention and Exhibition.
Festival Hijriah ini dimeriahkan dengan penampilan parade seni dan budaya dari Muslim Xinjiang oleh kelompok seni Art Troupe Performance. Para undangan akan dipukau oleh hiburan lewat ragam lagu, seni tari, opera hingga akrobat.
Kelompok seni Art Troupe Performance akan membuka pertunjukan dengan tarian dan tabuhan rebana yang merepresentasikan berbagai kelompok etnis di Xinjiang. Penyanyi solo lelaki juga akan menyuguhkan nyanyian kumpulan lagu-lagu klasik sebagai simbol yang menunjukkan kualitas keramahan orang Tionghoa dari semua kelompok etnis.
Tak ketinggalan, para penampil akan mempertontonkan seni daerah tarian 'Jula' dari 12 Muqam Uighur. Adapun terjemahan kata Jula dari bahasa Uighur berarti mutiara yang bersinar, sedangkan Muqam adalah seni pertunjukan suku Uighur yang mirip dengan opera, menggabungkan antara musik tradisional, lagu, dan drama.
Pada 2005, seni klasik ini masuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Karya seni ini masuk dalam gelombang pertama Daftar Item Perwakilan Budaya Tak benda Nasional pada 2006.
Kelompok seni Art Troupe Performance juga menyiapkan pertunjukan akrobat bola kristal yang akan mengombinasikan seni dan beragam permainan. Untuk menghangatkan suasana, mereka juga menyiapkan beberapa lagu rakyat (folksong) yang terkenal di Indonesia.
Xinjiang yang merupakan provinsi di wilayah barat laut China, sejak lama dikenal sebagai titik bertemunya berbagai kebudayaan dari beragam suku bangsa. Hal ini menjadikan Xinjiang mempunyai budaya, khususnya dalam seni tari, yang unik.
Masyarakat Xinjiang dikenal sangat menggemari seni tari dan nyanyi. Di Xinjiang, mudah ditemukan pentas seni tari dan panggung untuk bernyanyi, mulai dari pusat-pusat wisata, pasar tradisional, hingga permukiman warga. Seni tari dan nyanyi khas Xinjiang telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Mahakarya Budaya Lisan dan Tak Bendawi untuk Kemanusian.