REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan toilet gender netral di lembaga pendidikan di luar negeri sudah menjadi kontroversi. Sayangnya, sekolah internasional di Indonesia pun dikabarkan sudah mulai ada yang menyediakan toilet gender netral.
Pendiri Komunitas Peduli Sahabat Sinyo Eggie menjelaskan, konsep toilet gender yang ia pahami sebagaimana disampaikan oleh Daniel Mananta di sebuat podcast memang mirip-mirip dengan konsep yang ada di luar negeri.
"Kalau di dunia internasional memang lagi ngetrend tuh (toilet gender netral). Bahwa gender itu (dianggap) bukan hanya berdasarkan jenis kelamin, tapi juga berdasarkan bentukan masyarakat. Di sana sudah banyak perdebatan, jadi kontroversi," kata Kak Sinyo saat dihubungi Republika, Kamis (10/8/2023).
Mengidentifikasi gender berdasarkan bentukan masyarakat dapat dimisalkan secara sederhana dengan perasaan dan identifikasi dari diri sendiri. Misalnya, seorang laki-laki merasa dirinya adalah perempuan, maka dia pun mengidentifikasi dirinya dalam lingkup masyarakat sebagai perempuan.
Sehingga, kata Kak Sinyo, penentuan gender secara biologis sudah diabaikan di luar negeri. Atas adanya konsep tersebut, Kak Sinyo menekankan bahwa di dunia internasional sendiri sudah banyak terjadi perlawanan atas adanya legalisasi toilet gender netral. Perlawanan itu terjadi misalnya di Amerika dan Eropa.
"Walaupun sebagian negara-negara di luar negeri itu sudah ada yang mengesahkannya sebagai undang-undang. Maka ini (toilet gender netral) akhirnya menjadi kacau sendiri. Misalnya, ada yang masuk ke toilet tadinya laki-laki mengaku jadi perempuan, kan, bingung, ya. Mana yang original, mana yang transgender, jadi bingung," kata dia.
Sehingga dia menekankan bahwa keberadaan toilet gender netral di dunia internasional pun masih jadi perdebatan. Bahkan, kata dia, adanya toilet gender netral ini juga sudah banyak menimbulkan dampak negatif seperti adanya aksi pelecehan seksual.